“Imaji Semiotis tentang Jati Diri Cinta dalam Film Perahu Kertas”

Poster Film Perahu Kertas
by Mizan Productions, Starvision & Dapur Film  


Judul Film: Perahu Kertas
Sutradara : Hanung Bramanyto
Penulis : Dewi "Dee" Lestari
Tanggal Rilis: 16 Agustus 2012 
Produser: Putut Widjanarko, Chand Parwez Servia
Tayang di TVRI: Selasa 24 Juni 2020







"Hai Neptunus, apakabar di laut biru? 
Perahu kertas yang kali ini akan membawakanmu 
kisah tentang perjalanan 
hatiku..." 






Film ini memiliki kekuatan cerita yang sangat kuat dalam Realitas kenyataanya. Pasal pertentangan masa remaja dalam “Pencarian Jari Diri” berhasil dideskribsikan secara epik dalam kemasan visual sinemotrafi yang dibangun sejak awal oleh Sutradara. Imaji visual yang di gambarkan dalam film ini “berhasil’ menterjemahkan bahasa sastra yang dihadirkan secara cerita gambar bergerak dari Buku Novel Best Seller berjudul sama “Perahu Kertas’ karya Dewi’ “Dee” Lestari dalam film. Utuh, sehingga penonton film secara “auto’ langsung bisa memahami isi novel tersebut.

Karakter Keenan (Adipati Dolken) yang bernyali kuat untuk menguji dan menempa diri dalam pilihan jalan hidup masa depannya, meski dalam “bilik” perlawanan terhadap Papanya. Peranan tokoh Kugy (Kugy (Maudy Ayunda) sangat mendukung kesan “dramatik” dalam keseluruhan cerita film. Dunia dongeng yang dibawakan dalam pilihannya seakan menyadarkan “nostalgia hati kecil” para penonton, bahwa dunia anak anak memiliki dukungan penuh dalam imajinasi angan peranan cita cita yang harus dimiliki oleh setiap insan di masa depan.

Kisah rumit dalam hubungan antar pemeran dalam film terkesan gamblang dalam relasi relasi yang dibangun dalam kerangka “kesenian” dan hubungannya dengan sastra sebagai media dalam mengungkapkannya. 

Runtut Alur yang Rumit nan Cerdas

Perahu Kertas bercerita pasang surut kisah dua anak manusia, yaitu Kugy dan Keenan. Kisah dimulai saat mereka mereka dipertemukan secara “Takdir Film” dalam satu kampus yang sama. Kugy, yang bercita-cita ingin menjadi penulis dongeng, kuliah di Fakultas Sastra. Kebiasaan uniknya adalah suka membuat cerita yang ditulis di Perahu Kertas, kemudian dilarungkan di sungai. Keenan, ditokohkan seorang pelukis muda berbakat, yang Ia tekuni sejak SMA di luar negeri dan pulang ke Indonesia karena dipaksa untuk kuliah di Fakultas Ekonomi oleh Papanya. 

Bersama dengan sahabat Kugy sejak kecil, Noni, serta pacar Noni, yakni Eko, yang juga adalah sepupu Keenan, mereka berempat menjadi geng kompak. Dari yang semula saling mengagumi, Kugy dan Keenan diam- diam saling jatuh cinta. Tapi berbagai hal menghalangi mereka. Tak hanya itu, persahabatan Kugy dan Noni pecah ketika Kugy, demi menjaga hatinya, tak datang pada pesta ulang tahun Noni yang diadakan di rumah Wanda. Keenan memutuskan untuk “berpetualang seni lukis”  ke rumah Pak Wayan, seorang pelukis teman lama Mamanya, sekaligus mentor Keenan untuk mengasah minat dan bakat melukisnya. 

Dalam suasana hati yang gundah, kreatifitas melukis Keenan buntu. Luhde, keponakan Pak Wayan, berhasil mengembalikan semangatnya. Ia mengatakan bahwa “pelukis yang bagus adalah yang bisa menyibak kekosongan dalam bentuk goresan kanvas.
Hingga akhirnya mereka (Keenan dan Luhde) “pun” terlibat dalam hubungan. Luhde menyimpan perasaan suka pada Keenan, yang diungkapkan dalam doa. Hingga akhirnya suatu hari proses itu tebukti dengan datangnya seorang kolektor langganan Galeri Wayan, bernama Remi menjadi pembeli pertama lukisan Keenan.

Dalam Plot cerita yang lain, Kugy ingin cepat meninggalkan Bandung dan lingkungan lamanya, Kugy berjuang untuk lulus cepat. Begitu lulus sidang, kakak Kugy yang bernama Karel membantu agar Kugy magang di biro iklan bernama AdVocaDo milik temannya, yaitu Remi. Prestasi kerja Kugy cemerlang, dan menarik perhatian Remi sehingga menjadikannya kekasih. 

Simbol “Tanda dan Tanya”

“Aku kuliah di Sastra. Kemudian lulus dan kerja sampai mapan. Setelah itu aku baru bisa jadi penulis dongeng”. kata Kugy
”Oh kalau begitu kamu berputar dulu jadi orang lain, baru kamu kembali jadi diri kamu sendiri, begitu?”. Tanggapan dari Keenan
Impian itu harus dikejar. Sebuah penggambaran Idealisme anak muda pada masanya, yang harus punya “Jati Diri“ yang harus dikejar dan dicari. Mencapai cita cita menjadi “Diri Sendiri”.  Tapi ia juga melihat secara realistis, bahwa impian yang tak lazim bisa jadi akan membuat jalan hidupnya menjadi sulit, Resiko. 
Plot “proposal’ konflik yang disuguhkan dicerita awal diatas deras sangat memicu rasa cemas, dengki, bahkan benci terhadap kedua tokoh utama, sehingga mendudukkan penonton untuk menanti, mengikuti cerita akhir lebih lama yang entah sengaja atau tidak kesan “ini pasti bersambung” itu sudah muncul saat durasi film yang tidak memungkinkan untuk selesai (120 menit). Karena memang ceritanya belum selesai. --Tebal Novelnya 444 halaman.

Sehingga peluang besar untuk “pertanyaan” Perahu Kertas edisi selanjutnya telah dinanti dihati para penontonnya. Rasanya tidak puas bila cerita Keenan dan Kugy hanya berakhir disini saja. 

"Hai 'Nus, manusia satu itu muncul lagi. Apa kabar ya dia? Tunggu perahu kertasku ya.. cerita ini belum usai...," (Kugy)
Radar yang diimajikan dalam “kesepakatan’ yang unik antar tokoh cukup menyajikan gambaran simbol semiotis dalam film. Hingga Imaji Imaji dalam dongeng karang Kugy secara gamblang, mewakili istilah istilah “unik’ dalam film ini; Neptunus, Pangeran Lobak, Pura Pura Ninja, dan lainnya. 

Selain itu, dialog dialog kasustraaan ala “anak indi’ jaman sekarang sangatlah cocok untuk mewakili para kaum milenial saat ini. ---Andai film ini diluncurkan pada saat ini. 
Adalah tugas generasi pada jamannya untuk meyakinkan film ini sangat “regeneratif”, mengikuti perkembangan jaman, tidak akan kadaluarsa.
Semoga.


Yogyakarta, Juli 2020

© terjeru.co. All rights reserved. Premium By Raushan Design