Baju Baru Sang Kaisar

Achmad Munjid**

Masih ingat cerita anak-anak “Baju Baru Sang Kaisar” (1837) karya penulis Denmark-Norwegia Hans Christian Andersen yang kemudian sangat populer di seluruh dunia itu.

Baiklah saya tulis ulang cerita itu dengan modifikasi bebas.

Pada jaman dulu, hiduplah seorang Kaisar yang kesibukan utamanya adalah mengoleksi baju-baju baru. Ia tidak pernah mengurus rakyat, tak mau peduli pada kewajibannya sebagai Kaisar. Yang dilakukannya hanyalah berburu baju-baju baru dan berganti busana setiap jam untuk dipamerkannya kepada khalayak.

Mendengar ini, dua orang penipu segera beraksi dengan menyamar sebagai penenun dan penjahit ulung.

“Kami bisa membuat baju terindah di dunia yang punya kekuatan ajaib. Asal Baginda berkenan menyediakan uang supaya kami bisa membeli bahan-bahan berkualitas nomor satu, dengan senang hati kami akan membuatnya khusus untuk Baginda,” kata penipu pertama dengan meyakinkan.

“Orang-orang bodoh, orang-orang yang banyak dosa, para penipu dan orang-orang yang tidak menjalankan tugasnya tidak akan bisa melihat baju ini. Dengan memakai baju itu, Baginda nanti akan bisa segera tahu siapa-siapa yang bodoh, yang banyak dosa, penipu dan mereka yang lalai terhadap tugas dan kewajibannya,” ujar penipu kedua pula.

Baginda senang bukan main. Bukan cuma khalayak akan mengagumi baju barunya, ia juga akan tahu orang-orang tidak beres di sekitarnya. Maka ia pun segera memberi uang berlimpah kepada kedua penipu yang menyamar sebagai tukang tenun dan penjahit ulung tadi. Setelah mengamankan uang yang diperolehnya dari sang Kaisar, kedua penipu itu pun  segera  pura-pura bekerja keras siang-malam tanpa henti.

Setelah beberapa hari, untuk meyakinkan, Kaisar mengirim seorang Menteri kepercayaannya guna mengecek pekerjaan si penenun. Bukan main kagetnya sang Menteri, ketika sampai di sana ia tak bisa melihat apa-apa kecuali dua orang yang tampak sibuk menenun angin. “Aku bukan orang bodoh dan aku selalu menjalankan tugasku dengan sebaik-baiknya. Aku juga bukan penipu, tapi mungkin aku banyak dosa, jadi aku tak bisa melihat kain yang sedang mereka tenun,” batin sang Menteri. Tapi ia diam saja.

“Bagaimana, Yang Mulia, indah sekali bukan? Silakan periksa sendiri warna, pola, tekstur dan motif yang kami tenun. Kami jamin, tidak ada penenun lain yang sanggup menandingi karya kami ini, silakan periksa baik-baik,” kata penenun sembari memamerkan udara hampa yang seolah tengah digarapnya dengan sangat teliti dan hati-hati. Jelas, sang Menteri sebetulnya tidak melihat apa-apa. Tapi ia manggut-manggut sambil tak berhenti berdecak supaya tidak ketahuan bahwa sebetulnya ia tak melihat apa-apa.

Sang Menteri kembali menghadap Kaisar dengan segudang pujian yang ia karang sendiri. Kaisar merasa puas. Tapi ia segera mengirim Menteri yang lain untuk memastikan. Hal yang sama terjadi. Menteri kedua ini pun tak bisa melihat apa-apa. Tapi ia juga berpura-pura melihat dan mengagumi keindahan kain yang sedang ditenun oleh dua penipu tadi. Meski yakin bahwa dirinya tidak bodoh, kalau berkata jujur, Menteri itu takut akan ketahuan sebagai pejabat yang suka menipu, suka melalaikan kewajiban dan tugasnya dan orang yang berlumur dosa. Ia pun kembali menghadap Sang Kaisar dengan serangkaian pujian bagi karya sang penenun, menguatkan pujian Menteri yang pertama.

Setelah mendengar laporan kedua Menterinya, Kaisar sendiri menjadi sangat penasaran. Tapi ia tiba-tiba khawatir, jangan-jangan nanti ia justru yang tak bisa melihat apa-apa. Jelas ia seorang Kaisar yang cerdas. Tapi menipu, berbuat dosa dan tak menjalankan tugas? Betapapun akhirnya ia memutuskan untuk pergi memeriksa. Ia membawa kedua Menteri yang telah dikirim sebelumnya, lengkap diiringi para pembesar yang lain pula.

“Ah, Baginda Kaisar datang pada saat yang tepat. Lihat, kain indah yang ajaib ini sudah hampir selesai. Kami jamin, Baginda tidak akan kecewa dengan karya dan keahlian yang kami persembahkan. Silakan periksa sendiri, Baginda,” kata sang penenun dengan penuh semangat.

Sang Kaisar tak melihat apa-apa. Tapi kedua Menteri yang telah dikirim sebelumnya segera mengulangi beribu pujian atas hasil kerja sang penenun seperti telah mereka laporkan. Bahkan kini pujian itu terdengar lebih hebat lagi. Pembesar-pembesar yang lain pun segera manggut-manggut menyetujui ucapan kedua Menteri tadi karena mereka semua takut akan dianggap bodoh, penipu, pendosa dan kerap melalaikan tugas dan kewajiban jabatannya. Jelas, sebetulnya semua orang itu tak melihat apa-apa kecuali udara hampa.

Kaisar itu pun kembali ke istananya dengan pikiran terganggu. Tapi ia tidak bisa tidak berpura-pura. Sesungguhnya begitu pula setiap anggota rombongan yang menyertainya. Tapi tak seorang pun mau mengaku. Bukan cuma itu. Tanpa disuruh, demi membuktikan bahwa mereka tidak bodoh, bukan penipu atau pendosa, setiap orang kemudian bahkan menceritakan keindahan dan kehebatan karya si tukang tenun tadi dalam versi masing-masing. Berita mengenai baju baru ajaib sang Kaisar pun segera beredar ke segala penjuru.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Baju baru Kaisar telah dinyatakan siap. Baginda dipersilakan masuk ruang ganti disertai para Menteri utama dan punggawa terdekatnya. Di luar rakyat telah berbaris menunggu antusias ingin turut menyaksikan sang Kaisar dengan busana indahnya yang ajaib itu.

“Silakan tanggalkan baju yang lama, Baginda, dan kenakanlah busana baru yang ajaib ini dengan hati-hati. Kulit Baginda mungkin tidak akan merasakan apa-apa ketika mengenakan baju ini. Tapi itulah bagian dari keajaibannya. Seluruh rakyat yang sudah menunggu di luar pasti akan sangat kagum pada busana baru Baginda. Kami jamin. Luar biasa, luar biasa. Sungguh kewibawaan dan kharisma Baginda sebagai Kaisar yang bijaksana tampak memancar sempurna,” kata si penenun penuh percaya diri.

Bukan main terperanjatnya Sang Kaisar, setelah kedua penenun dan penjahit itu selesai memasangkan baju baru dengan ekstra hati-hati dan dibantu oleh para perias kerajaan, ketika menghadap cermin ia tidak melihat apa-apa kecuali tubuh tambunnya yang berdiri telanjang bulat. Tapi ia terpaksa segera menepis keterkejutannya, karena semua yang hadir di sekelilingnya tak henti-henti mengucapkan puji-pujian untuk sang Kaisar. Mereka semua tak henti berdecak dengan sorot mata yang tampak penuh kekaguman.

Akhirnya, dengan langkah penuh kebesaran Kaisar pun segera berjalan keluar, diiringi para Menteri dan punggawa lainnya. Begitu Kaisar melangkah keluar beberapa detik rakyat sempat terdiam saking terkejutnya. Tapi rombongan yang mengiringinya di belakang segera memberi aba-aba sehingga tepuk tangan pun pecah membahana. Ribuan pasang mata rakyat yang melihat Kaisar mereka telanjang bulat akhirnya saling berbisik satu sama lain menyampaikan pujian tak henti-henti. Tak seorang pun mau mengatakan yang sebenarnya, karena tak seorang pun ingin diidentifikasi sebagai orang yang bodoh, pendosa, penipu dan orang yang melalaikan tugas serta kewajibannya.

Sang Kaisar yang semula ragu dan kikuk kini melangkah mantap, berperilaku seolah-olah ia memang sedang menunjukkan pakaian kebesarannya.

“Ha ha ha…. Kaisar telanjang, Kaisar telanjang….,” dari tengah kerumunan tiba-tiba seorang anak kecil berteriak sambil tertawa-tawa. Orang-orang yang sejak tadi berpura-pura kini tak bisa lagi menahan tawa sambil ikut berbisik-bisik satu sama lain mengulangi ucapan anak kecil tadi “Kaisar telanjang, Kaisar telanjang….”

Kaisar kaget bukan main. Ia menengok para Menteri dan punggawa yang berjalan di belakangnya.

“Tak usah hiraukan orang-orang bodoh, pendosa dan para penipu itu, Baginda. Baju baru Baginda sungguh amat mempesona luar biasa,” kata kedua Menteri yang berjalan persis di belakangnya.

Akhirnya Sang Kaisar pun terus berjalan telanjang bulat dengan langkah kebesarnnya. Tapi suara tawa dan bisik-bisik khalayak makin lama makin riuh-rendah. “Kaisar telanjang, Kaisar telanjang ha ha ha…..!”

Ketika semua orang tampak yakin dalam kepura-puraan, tak ada yang berani bicara jujur tentang kenyataan. Dongeng tentang mendesaknya penundaan pemilu yang sekarang terus didesakkan adalah kisah baju sang kaisar dalam versi lain. Pada akhirnya semua orang akan mentertawakan sang kaisar ketika terdengar suara jujur anak tak berdosa yang membangunkan kesadaran khalayak tentang apa yang sesungguhnya sedang terjadi.

**Achmad Munjid dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM

Post a Comment

© terjeru.co. All rights reserved. Premium By Raushan Design