Written by Suryanto
Saturday, 20 August 2005
Lebih dari dua ratus tahun, pengaruh para
intelektual telah berkembang pesat. Sungguh, kebangkitan para intelektual
sekuler merupakan faktor kunci dalam membentuk dunia modern ini. Dilihat dari
perspektif sejarah yang panjang, kebangkitan intektual sekuler dalam berbagai
segi merupakan sebuah fenomena baru.
Penampilan mereka sebagai pendeta atau tukang ramal dimasa lampau
membenarkan bahwa para intektual tersebut telah memberikan bimbingan dan
petunjuk bagi masyarakat sejak awal.
Namun, sebagai penjaga keberlangsungan warisan kebudayaan, baik yang
primitif atau sofistikatif,
penemuan-penemuan ideologis dan moral mereka dibatasi oleh peraturan hukum dari
penguasa eksternal dan juga oleh warisan tradisi. Mereka bukan dan tidak dapat menjadi
penjelajah pemikiran dengan semangat yang bebas.
Penurunan kekuatan relijius pada
abad kedelapan belas menyebabkan munculnya mentor baru yang mengisi kekosongan
dan menangkap telinga masyarakat. Mereka itu adalah intelektual sekuler yang
skeptis dan mungkin atheist (tidak bertuhan). Tetepi mereka benar-benar siap
sebagaimana seorang penceramah atau pendeta untuk memberitahu semua manusia
bagaimana melakukan urusannya. Dari awal, mereka telah memproklamirkan
bahwa dengan mengikuti ajaran mereka
melalui pengabdian khusus untuk kepentingan kemanusiaan dapat membawa manusia
dalam kemajuan. Intelektual sekuler
membawa tugas kemanusian menurut pemahaman mereka tanpa disuruh dan menjalankan
tugas tersebut dengan pendekatan yang jauh lebih radikal dibanding dengan
pendekatan relijius para pendahulunnya. Mereka merasa diri mereka tidak terikat
sama sekali dengan agama wahyu. Kebajikan-kebajikan kolektif masa lampau, warisan tradisi, kitab-kitab petunjuk warisan
nenek moyang yang ada diikuti secara selektif atau ditolak secara keseluruhan
dengan pertimbangan akal logika mereka. Untuk pertama kali dalam sejarah
manusia dan dengan keyakinan dan perilaku yang mengejutkan, manusia bangkit
untuk mengatakan dengan jelas bahwa
mereka dapat mendiagnosa penyakit-penyakit
masyarakat dan mengobatinya dengan intelektual mereka sendiri. Lebih
lagi, mereka dapat membuat formula dimana tidak hanya struktur masyarakat
tetapi juga kebiasaan fundamental umat manusia dapat ditransformasikan kedalam
hal yang lebih baik. Tidak seperti para pendahulunya yang sakral, mereka bukan
sebagai pelayan dan penafsir dari tuhan tetapi sebagai penganti daripada itu.
Pahlawan mereka adalah Prometheous yang mencuri api surga dan membawanya ke
bumi.
Salah satu sifat yang menojol dari
para intelektual sekuler baru ini adalah terlalu menyukai hal-hal yang
berhubungan dengan agama dan mempunyai pandangan kritis yang prontagonis
terhadapnya. Seberapa jauh mereka memberikan manfaat atau membahayakan system keagamaan yang agung ini? Seberapa
jauh paus dan pastur-pastur sekuler ini menjalani hidup sesuai dengan
pandangannya tentang kesucian dan
kebenaran, kemurahan hati dan kebajikan? Keputusan yang dijatuhkan tentang
hal-hal tersebut dari gereja maupun dari pendeta adalah tidak baik bahkan kasar. Sekarang, setelah dua abad
penurunan pengaruh agama dan pengaruh intelektual sekuler ini telah memainkan peranan
dalam sikap dan institusi kita, inilah saatnya untuk kita meneliti
catatan-catatan mereka, baik dalam bidang yang publik ataupun yang bersifat
pribadi. Secara khusus, saya disini ingin memfokuskan pada kualitas pendapat
dan moral para intelektual ini dalam mengajari manusia berbuat dalam urusannya
sendiri. Bagaimana para intelektual ini menjalani kehidupan pribadinya? Seberepa baik moral mereka dalam berperilaku
terhadap keluarga, teman dan rekan
kerjanya? Apakah mereka adil dalam hal seks dan keuangan? Apakah mereka menceritakan dan menulis suatu kebenaran? Bagaimana system mereka
bertahan dalam menghadapi ujian waktu dan praxis?
Penyelidikan ini dimulai dengan
Jean-Jacques Rousseau (1712-78), orang pertama dari para intelektual modern
yang pola dasar pemikirannya paling berpengaruh. Pendahulunya seperti Voltaire
telah memulai karyanya dengan menghancurkan altar dan memberikan alasan dari
penghancuran tersebut. Rousseau berbeda. Dia
adalah orang pertama yang mengabungkan semua sifat-sifat yang paling
penting dari Promethean modern yakni antara lain: penegasan akan haknya sendiri
untuk menolak aturan yang ada secara keseluruhan, percayaan-diri akan
kapasitasnya untuk mengubah aturan-aturan tersebut dari bawah sesuai dengan
prinsip-prinsip yang dia miliki, berkeyakinan bahwa pengubahan ini dapat
dilakukan melalui proses politik, dan naluri, intuisi, dan impulse memainkan
peranan yang besar dalam perbuatannya. Rousseau percaya bahwa dia mempunyai
cinta yang unik untuk kemanusiaan dan telah dianugerahkan wawasan dan anugerah yang belum pernah
diberikan kepada orang lain sebelumnya untuk meningkatkan cinta itu. Banyak
orang pada masa dia hidup dan sesudahnya telah mengambil nilai-nilai ajarannya
sebagai nilai-nilai kehidupan mereka.
Baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek pengaruh Rousseau sangatlah besar. Dalam generasi sesudah dia meninggal,
dia memperoleh status mitos. Dia meninggal dunia satu dekade sebeleum Revolusi
Perancis tahun 1789 tetapi banyak bukti-bukti kontemporer mengatakan bahwa
dialah yang bertanggung jawab atas revolusi ini dan juga penghancuran the
ancien régime di Eropa. Edmund Burke dari Elite revolusi mengatakan bahwa: ‘Ada pertentangan yang hebat diantar
pemimpin-pemimpin elite yang mana mereka sangat mirip dengan Rousseau….
Rousseau adalah tokoh panutan yang sempurna’. Robespierre juga meletakan
Rousseau seperti itu: ‘Rousseau adalah
seorang yang melalui kemuliaan
jiwanya dan keagungan sifatnya menunjukan dirinya sangat patut sebagai guru
untuk umat manusia’. Selama Revolusi, Konvensi Nasional memilihnya untuk
memindahkan abunya kedalam Panthéon. Dalam upacara pemindahan, presiden telah
mendeklarasikan: ’Rousseaulah orang yang telah membawa peningkatan yang
memberikan kebaikan, dia telah mentranformasi moral, tradisi, hukum, perasaan dan
kebiasaan kita’.
Dalam tingkat yang lebih mendalam
dan dalam rentang waktu yang lebih lama, Rousseau menganti beberapa assumsi
dasar tentang manusia yang berperadaban dan merubah pola pikir manusia.
Pengaruhnya sangat luas tetapi dapat dikelompokan dalam lima topik utama.
Pertama, semua ide modern tentang pendidikan telah dipengaruhi oleh doktrin Rousseau, khususnya oleh
karyanya ةmile (1762). Dia mempopulerkan dan dalam
beberapa hal menemukan sifat alam, rasa udara terbuka, pencarian panjang akan
kesegaran, spotanitas, sifat sifat alamiah yang menguatkan. Dia memperkenalkan
kritik tentang kekomplekan masyarakat. Dia mengidentifikasi dan menunjukan
kepalsuan-kepalsuan peradaban. Dia adalah penemu mandi dengan air dingin,
latihan yang sistimatis, olahraga untuk pembentukan karakter dan gubuk akhir pekan.
Kedua, dihubungkan dengan
penilaiannya terhadap alam, Rosseau mengajarkan ketidakpercayaan terhadap
peningkatan progresif dan gradual yang disebabkan oleh budaya materialis. Dalam
hal ini, dia menolak pencerahan dan mencari solusi yang jauh lebih radikal. Dia
menekankan bahwa penjelasannya sendiri mempunyai kelemahan yang mendasar jika
digunakan sebagai alat untuk mengobati masyarakat. Namun ini juga tidak berarti
bahwa akal manusia tidak cukup untuk menyebabkan perubahan-perubahan yang
diperlukan karena akal merupakan sumber tersembunyi dari wawasan dan intuisi
yang harus digunakan untuk merubah pendiktean dari suatu alasan atau suatu
penjelasan. Dalam mengikuti alur pemikiran ini, Rosseau menulis karya
Confessions yang selesai pada tahun 1770, meskipun tidak dipublikasikan sampai
dia meninggal dunia. Ketiga, konsepnya merupakan awal dari pergerakan Romantik
dan literatur instropektif modern. Dalam
hal ini dia mengambil penemuannya sendiri, hasil karya utama dari Renaissance,
serta selangkah lebih maju, meneliti jiwanya sendiri secara mendalam dan
memproduksinya untuk inspeksi publik.
Ini untuk pertamakalinya para pembaca ditunjukan isi hati, meskipun ini juga
merupakan sifat literatur modern. Visinya adalah untuk memperdaya orang agar percaya bahwa
hati menunjukan jalan yang salah dan penuh dengan tipu muslihat.
Keempat, konsep yang dipopulerkan oleh
Rousseau adalah konsep yang paling dapat menembus semua lapisan. Ketika
masyarakat berkembang dari sifat
primitif ke sifat kompleks masyarakat perkotaan, dia berpendapat bahwa
manusia adalah terkorupsi: sifat individualis yang dia sebut sebagai amour de
soi tertransformasi menjadi sebuah naluri yang jauh lebih rusak, disebut
amour-prope, yang mengabungkan antara kesombongan dan harga diri. Manusia
menghitung dirinya sendiri dengan bagaimana orang berpendapat tentang dirinya.
Oleh karena itu, manusia terus mencari agar orang lain terkesan akan dirinya
dengan uangnya, kekuatannya, superioritas otak dan moralnya. Sifat
individualisnya menjadi kompetitif dan akusitif sehingga dia menjadi asing
tidak hanya dari orang lain yang dia lihat sebagai kompetitor tetapi juga dari
dirinya sendiri. Keterasingan ini memasukan penyakit psikologis ke dalam diri
manusia yang ditandai dengan pembedaan tragis antara penampilan dan kenyataan.
Bahaya dari kompetisi adalah menghancurkan
rasa kebersamaan yang merupakan sifat yang dibawa sejak lahir dan mendorong
semau manusia untuk berbuat dengan sifat yang jahat termasuk hasrat untuk
menguasai orang. Hal ini mengarahkan Roussaeau untuk tidak percaya kepada
kepemilikan pribadi sebagai sumber kejahatan sosial. Kelima, topiknya adalah berhubungan dengan inovasinya
mengembangkan kritik terhadap Kapitalisme dalam karyanya seperti dalam
pembukaan drama Narcisse maupun dalam Discours sur l’inégalité. Dalam karyanya
ini, Rousseau mengidentifikasi kepemilikan dan kompetisi untuk mendapatkan
kepemilikan tersebut merupakan sumber utama dari keterasingan. Ini merupakan
sebuah pemikiran Marx dimana orang lain mengambilnya dengan paksa sebagaimana
dengan ide-ide Rousseau tentang evolusi kultural. Bagi dia, “natural’ berarti ‘original’ atau
pre-kultural. Semua kultur membawa masalah. Ini karena hubungan manusia dengan
manusia lain yang menyebabkan kebiasaan jahatnya, sebagaimana dia paparkan
dalam karyanya ةmile, ‘Nafas orang berakibat fatal untuk
temannya’. Dengan demikian, budaya dimana orang hidup merupakan sebuah perilaku
manusia yang terdikte, terkontruksi secara semu, dan berkembang. Dan kita dapat
meningkatknya, atau benar-benar mentransformasikanya dengan merubah budaya dan
kekuatan kompetitif yang menghasilkanya, yakni, dengan social engineering
(teknik sosial).
Ide-ide diatas tersebar secara luas
dengan sendirinya dan hampir merupakan sebuah ensiklopedia pemikiran modern.
Benar bahwa tidak semua ide-ide tersebut adalah asli miliknya. Bacannya luas:
Cescrates, Rabelais, Pascal, Leibnitz, Bayle, Fontenelle, Corneille, Pertrarch,
Tasso, dan secara khusus, dia belajar
pada Locke dan Montaigne. Germaine De Staël yang percaya bahwa Rousseau
mempunyai “kemampuan natural yang paling tinggi yang pernah dianugerahkan pada
manusia” menyatakan “Roesseau tidak menemukan apa-apa”. Germanie menambahkan, “
Dia telah menanamkan pahamnya dengan api”. Cara yang sederhana, langsung, penuh
kekuatan, dan sungguh-sungguh menunjukan rasa cinta yang tinggi membuat
Rousseau menuliskan pahamnya dengan begitu jelas dan segar, sehingga
tulisan-tulisannya membuat laki-laki dan wanita-wanita yang membacanya
mendapatkan kejutan.
Kemudian, siapakah orang yang menjadi
sumber dari kekuatan intelektual dan moral yang luarbiasa dan bagaimana cara
dia mendapatkan kekuatan tersebut?
Rousseau adalah orang swiss yang lahir di Genewa pada tahun 1712 dan
besar sebagai seorang Calvinis. Ayahnya Isaac adalah pembuat jam tetapi tidak
sukses, menjadi pengacau dan sering terlibat dalam kekerasan dan
kekacauan. Ibunya, Suzanne Bernard,
berasal dari keluarga kaya. Dia meninggal tidak lama setelah melahirkan
Rousseau. Kedua orang tuanya tidak berasal dari lingkaran keluarga yang
membentuk pemerintahan oligarki Genewa dan tidak juga termasuk dalam Dewan Dua
Ratus dan Dewan Duapuluh dua Dalam. Tetapi mereka mempunyai hak untuk memilih
dan hak hukum istimewa dan Rousseau selalu ingin tahu tentang status
superiornya. Ini membuatnya menjadi seorang yang konservatif secara alami dan
membuat perenungan sepanjang hidupnya tentang orang yang tidak punya hak suara.
Selain itu, keluarganya mempunyai uang yang jumlahnya begitu besar.
Rousseau tidak mempuyai saudara
perempuan. Dia mempuyai kakak laki-laki
tujuh tahun lebih tua. Rousseau sangat mirip dengan ibunya, itulah maka
ayahnya sangat menyayanginya. Perlakuan ayahnya kepadanya terus berubah-ubah
dari kasih sayang yang bisa membuat air
mata berlinang sampai kekerasan yang menakutkan dan bahkan Jean-Jacques yang
disayangi ayahnya ini merasa cara ayahnya membesarkan dia tidak baik, akhirnya
dia mengeluhkannya dalam karyanya ةmile. Kutipan ini mengambarkannya: ‘Ambisi, kerakusan, tirani, pandangan
yang melenceng dari ayah, ketidakacuhan, dan ketidakperasaan adalah jauh lebih
berbahaya dibanding dengan kelembutan kasih sayang ibu yang tidak pernah
terpikirkan’. Kakaknya menjadi korban
keganasan ayahnya. Dia dikirim ke tempat rehabilitasi atas pemintaan ayahnya
dengan alasan dia sangat jahat; pada tahun 1723 kakaknya melarikan diri dan
setelah itu tidak pernah terlihat lagi. Rousseau kemudian menjadi anak satu satunya
yang besar dalam situasi dimana dia bergaul dengan pemimpin-pemimpin modern.
Meskipun dibebaskan untuk menikmat hidup dengan caranya sendiri, dia muncul
dari masa kecil dengan rasa kehilangan yang kuat dan mungkin sifat pribadi yang
paling nampak yaitu merasa kasihan pada diri-sendiri.
Kematian membuatnya kehilangan baik
ayah maupun ibu-asuhnya. Dia tidak suka perdagangan yang memberikan penghasilan
rendah padanya. Maka pada tahun 1728 dia pergi meninggalkan dunia perdagangan
dan menjadi seorang penganut Katholik agar supaya memperoleh perlindungan dari
Madame Françoise-Lousie de Warens yang tinggal di Annecy. Penjelasan tentang
karir Rousseau sebagaimana yang tercatat dalam karyanya Confessions tidak dapat dipercaya. Tetapi surat-suratnya
pribadinya dan sumber-sumber dari industri besar Rosseau dapat digunakan
sebagai fakta-fakta penting. Madame de Warens hidup dengan gaji pesiun dari
Kerajaan Perancis dan agaknya dia menjadi seorang agen baik untuk Pemerintah
Perancis maupun untuk Gereja Katolik Roma. Rousseau tinggal bersamanya dengan
biaya hidup ditanggung olehnya selama
empat belas tahun (1728 – 1742). Pada saat itu Rousseau menjadi
kekasihnya. Selama itu juga ada waktu-waktu tertentu dimana Rousseau pergi jalan-jalan
sendiri. Sampai umur tigapuluhan, Rousseau mengalami kegagalan dan
ketergantungan, khususnya pada wanita. Dia telah mencoba setidaknya tiga belas
pekerja sebagai pengukir, pesuruh, murid seminary, musisi, pegawai negeri,
petani, tutor, kasir, penyalin musik, penulis dan sekretaris pribadi. Pada
tahun 1743, dia diberi jabatan basah sebagai sekretaris untuk kedutaan Perancis
di Venice, Comte de Mantaigu. Ini berlangsung selama sebelas bulan dan dia
mengakhirnya dengan pemberhentian dan terbang untuk menghindari penangkapan
Senat Venisia. Montaigu menyatakan bahwa sekretarisnya dihukum karena sifat
pribadinya yang buruk dan tidak menghormati orang lain. Ini merupakan hasil
dari mental yang sakit dan terlalu mementingkan dirinya sendiri.
Beberapa tahun kemudian Rousseau
telah menemukan dirinya sendiri sebagai seorang penulis yang berbakat dari
lahir. Dia mempunyai ketrampilan hebat yang berhubungan dengan merangkai
kata-kata. Dia benar-benar efektif dalam menuliskan kasus-kasusnya sendiri
dalam surat tanpa merasa berhati-hati dalam berhubungan dengan fakta-fakta.
Sungguh dia mungkin bisa menjadi seorang pengacara yang cerdas. (Salah satu
alasan mengapa Montaigu tidak menyukainnya
adalah karena kebiasaan Rousseau selalu menguap terus menerus atau
bahkan berjalan-jalan ke Jendela ketika sang duta besar, Montaigu berjuang
untuk memikirkan kata-kata yang akan ditulis). Pada tahun 1745, Roussseau
bertemu dengan seorang tukang cuci muda,
Thérèse Levasseur, sepuluh tahun lebih muda umurnya yang mau menjadi wanita
simpanannya secara permanen. Ini memberikan semacam kestabilan hidup Rousseau.
Pada saat itu dia bertemu dengan tokoh Denis Diredot, seorang kardinal
Pencerahan dan kemudian menjadi Editor-in-Chief dari Encyclopédie. Seperti
Rousseau, Diderot merupakan seorang anak dari seorang artis dan menjadi prototipe seorang penulis
berbakat alami. Dia adalah orang yang baik hati dan bakat ketekunan. Rousseau
berhutang banyak kepadanya. Melalui dia, Rousseau bertemu dengan diplomat dan
ahli kritik sastra Jerman, Friedrich Melchior Grimm yang sangat terkenal di
masyarakat. Grimm membawanya ke salon yang paling radikal Baron d’Holbach yang
terkenal sebagai ‘le Maître d’Hotel de la philosophie’.
Kekuatan intelektual Perancis pada
tahun 1700 baru berada pada saat permulaan. Namun, kekuatan intelektualnya
meningkat secara pesat pada paruh akhir abad ini. Pad tahun 1740-an and 1750-an, posisi para
intelektual ini sebagai ahli kritik masyarakat masih berbahaya. Negara ketika
merasa terancam oleh mereka masih sangat mungkin untuk cepat mengambil tindakan
atas mereka dengan kejam. Rousseau kemudian dengan lantang mengeluhkan
penganiayaan atas dirinya. Namun dalam hal ini, sesungguhnya dia tidak banyak
menyumbangkan sesuatu dibanding dengan
para intelektual lainnya. Voltaire dikurung
oleh para pelayan aristokrat yang dia kritik dan kemudian dipenjara di
penjara Bastille hampir setahun. Siapa saja yang menjual buku larangan akan
dihukum selama sepuluh tahun untuk bekerja sebagai budak, bekerja tanpa digaji.
Pada tahun 1749, Diderot ditangkap dan diasingkan di Vincennes karena menulis
buku yang membela atheisme. Dia berada disana selama tiga bulan. Rousseau
mengunjunginya disana, dan pada saat berjalan di Vincennes, dia melihat
selebaran dari Akademi Sastra Dijon yang mengundang untuk perlombaan menulis essay dengan tema “Whether the
rebirth of the sciences and the arts has contributed to the improvement of
morals’
Episode yang terjadi pada tahun
1750 ini merupakan titik balik dalam kehidupan Rousseau. Dia melihat secercah
inspirasi akan apa yang harus ia lakukan. Orang-orang lain yang mengikuti
kompetisi itu pada umumnya memberikan penjelasan tentang asal-muasal seni dan
ilmu pengetahuan. Rousseau berbeda denga mereka. Dia berargumen tentang
superiority alam. Secara tiba-tiba, sebagaimana apa yang dia katakan dalam
Confessions, dia menaruh sebuah
antusiasme yang berlebih-lebihan untuk
‘kebenaran, kebebasan, dan kebajikan’.
Dia berkata bahwa dia telah menyatakan pada dirinya sendiri: ‘Kebajikan,
kebenaran! Saya akan meneriakan terus-menerus kebajikan dan kebenaran! Dia menambahkan ‘baju tidurku terendam dengan
air mata yang keluar tanpa aku sadari’. Linangan air mata mungkin bisa benar:
dia memang mudah mengeluarkan air
mata. Yang pasti adalah bahwa Rousseau
memutuskan untuk menulis essay sejalan dengan apa yang menjadi inti dari
serangkaian keyakinannya, dan memenangkan hadiah karena pendekatannya yang
paradoks, dan menjadi terkenal dalam waktu sekejab. Ini merupakan satu kasus
seorang laki-laki yang berumur tiga puluh sembilan, yang sampai saat itu hidup
dalam kepahitan dan ketidaksuksesan, merindukan perhatian dan ketenaran, dan akhirnya, dia benar-benar memperolehnya.
Essaynya sangat lemah dan sekarang hampir tidak dapat dibaca. Selalu, ketika
orang melihat kembali peristiwa sastra semacam itu, agaknya tidak dapat
dijelaskan bahwa karya yang tidak begitu bermutu telah dapat menghasilkan
ledakan ketenaran selebriti; sungguh,
kritikan terkenal dari Jules Lemaître menyebut puncak karir instan Rousseau ini
sebagai ‘salah satu bukti yang paling kuat yang pernah ada tentang kebodohan
manusia’.
Publikasi Discours dalam bidang
seni dan ilmu pengetahuan tidak membuat Rousseau kaya, meskipun buku itu
disirkulasikan secara luas dan diproduksi hampir tigar ratus kali, namun jumlah salinan yang terjual sedikit dan penjual
bukulah yang menikmati hasil dari karya semacam itu. Disisi lain, ini
memberikan jalan bagi Rousseau untuk bergaul dengan kaum aristokrat, yang pada
saat itu sangat terbuka untuk para intelektual. Rousseau dapat mensupport
dirinya dengan salinan musik (tulisan tangannya sangat bagus) tetapi setelah
tahun 1750 dia selalu dalam posisi tergantung kepada keramahtamahan para
aristokrat, kecuali (sebagaimana sering tejadi) ketika dia memilih untuk
bertengkar dengan siapa saja yang menyingkirkannya karena dianggap tidak
berarti. Untuk masalah pekerjaan, dia
menjadi seorang penulis yang professional. Dia selalu kaya ide-ide, dan ketika
dia ingin menuangkannya, dia mampu menuangkan dengan mudah dan bagus. Tetapi
dampak dari buku-bukunya baik semasa hidupnya ataupun jauh sesudahnya sangatlah
bervariasi. Bukunya Social Contrat, yang secara umum mengandung kematangan
filosofi politiknya yang dia tulis mulai pada tahun 1752 dan akhirnya
dipublikasikan sepuluh tahun berikutnya, jarang sekali dibaca sepanjang
hidupnya dan hanya dicetak ulang sekali pada tahun 1791. Penelitian dari lima
ratus perpustakaan yang memiliki karya yang sejenis menunjukan bahwa hanya satu
perpustakaan yang mempunyai salinannya. Seorang sarjana Joan Macdonald yang
meneliti 1114 pamflet politik yang dicetak pada tahun 1789-1791 menemukan hanya
dua belas yang mencantumkan buku tersebut sebagai referensi. Sebagaimana yang diamati oleh Joan Macdonald:
‘perlu dibedakan antara ketenaran Rousseau dan pengaruh pemikiran politiknya’.
Ketenarannya yang dimulai hanya pada penganugerahan hadiah essay. Kemashurannya
terus berkibar dan diikuti terbit dua bukunya. Pertama adalah Novelnya La
Nouvelle Héloïs, terjemahan dalam bahasa Inggris, Letters of Two Lovers dan yang
kedua adalah Clarissa. Ceritannya tentang mengejar, mengoda, pertobatan,
hukuman seorang wanita muda, ditulis dengan ketrampilan menulis yang hebat
untuk menarik baik para pembaca, khususnya waninta, dan pasar dikaum wanita
kelas menengah dengan cita rasa moralitas mereka. Isinya sangat terang-terangan
untuk waktu itu, tetapi pesan akhirnya betul-betul pas. Pendeta Paris
menuduhnya ‘mengajarkan racun nafsu
birahi namun seolah-olah melarangnya’. Kritikan itu menyebabkan penjualannya
meningkat. Rousseau mengunakan kata-kata yang sangat menarik pada halaman
pembukaan dimana dia mengatakan dengan jelas dan tegas ’gadis yang hanya
membaca satu halaman dari buku itu akan kehilangan ruh dari buku tersebut,
namun dia juga menambahkan ‘gadis suci tidak membaca cerita-cerita cinta’. Pada
kenyataannya gadis suci dan suster-suster membacanya dan menjadikan buku
tersebut best-seller meskipun kebanyakan buku yang dijual merupakan buku
bajakan.
Kemasyhuran Rousseau semakin luas
pada tahun 1762 dengan terbitnya ‘ةmile, dimana dia meluncurkan ribuan ide-ide tentang alam dan sikap-sikap
manusia terhadapnya. Buku ini menarik jumlah maksimum pembaca. Dalam satu hal
Rousseau sangat pandai untuk menampilkan kebaikan dirinya. Ini salah satu
bagian yang menarik darinya, sebagai nabi kebenaran dan kebajikan dengan
menunjukan batasan akal manusia dan menempatkan agama dalam hati manusia. Dia
memasukkan dalam bukunya ةmile sebuah bab yang berjudul ‘Profession of
Faith’ yang mana dia menuduh kawan-kawan intelektual di abad Pencerahan,
khususnya yang atheis ataupun yang hanya deis, dengan sebutan arogan dan
dogmatis, ‘menyatakan dengan apa yang disebut skeptis untuk mengetahui
segalanya’ dan tanpa memperhatikan kerusakan yang mereka buat terhadap semua
orang dengan meruntuhkan keyakinannya: ‘Mereka menghancurkan dan
menginjak-injak dibawah kakinya semua orang yang terhormat yang mengikuti
ajaran agama dan mengambil hanya satu kekuatan yaitu nafsu akan harta dan
kekuasaan’. Tindakan Rousseau ini memang sebuah alat yang sangat efektif, namun
untuk menyeimbangkannya, Rousseau juga merasa perlu untuk mengkritik Gereja
yang sudah mapan, khususnya tentang keyakinan terhadap keajaiban dan takhayul.
Rousseau sangat tidak berhati-hati dengan memasukan kritikan tersebut dalam
karya Emile. Ini barangkali karena dia frustrasi dengan pembajakan bukunya.
Setelah itu Rousseau menjadi tertuduh di mata kaum geraja Perancis sebagai
seorang pengkhianat ganda. Setelah beragama Katolik, dia kemudian pindah lagi
ke Kalvinisme agar supaya mendapatkan kembali kewarganegaraan Genewa. Pada saat
itu, Parlemen Paris yang didominasi oleh Jansenist menolak keras sentiment
anti-katolik didalam karya Rousseau ةmile. Dan Mereka memerintahkan buku tersebut untuk dibakar didepan Palaies
de Justice and mengeluarkan juga surat perintah untuk penangkapan Rousseau. Dia
selamat karena mendapat peringatan dari kawan-kawnnya yang mempunyai kedudukan
tinggi di pemerintahan. Setelah itu, dia menjadi seorang pelarian selama
bertahun-tahun. Orang-orang Kalvanist juga menolak bukunya ةmile bahkan
diluar wilayah katolikpun dia terpaksa pindah dari satu tempat ketempat lain.
Namun dia selalu mendapatkan perlindungan, di Britain (dimana dia tinggal
selama 15 bulan pada tahung 1766-67) dan
di Perancis pun juga demikian, dimana dia hidup dari 1967 dan seterusnya.
Selama dekade terakhirnya hidupnya, pemerintah sudah tidak tertarik lagi
padanya, dan musuh utamanya adalah para intelektual, khususnya Voltaire. Untuk
menjawab mereka, Rousseau menulis buku Confessions yang ditulis di Perancis dan selesai pada
tahun 1770. Dia tidak mau mengambil resiko dengan mencetak bukunya tetapi buku
tersebut sangat terkenal karena dia membacakannya dirumah-rumah kaum bangsawan.
Pada saat kematiannya pada tahun 1778, reputasinya mulai segar kembali dan mencapai
puncaknya ketika revolusi Peracancis mengambil alih kekuasaan.
Rousseau kemudian menikmati
kesuksesaan yang luarbiasa dalam hidupnya. Bagi orang modern tidak penuh dengan
syakwasangka, dia tampaknya tak akan
mempunyai sesuatu yang digerutukan. Tetapi, Rousseau merupakan salah seorang
penggerutu yang paling hebat dalam sejarah literatur. Dia menekankan bahwa hidupnya penuh dengan
kesedihan dan penderitaan. Dia sering sekali mengulang-mengulang keluhannya
dengan kata-kata yang sangat menyedihkan sehingga orang merasa berkewajiban
percaya kepadanya. Dalam satu hal, dia tak mau berubah pikiran: ‘dia menderita
ganguan kesehatan yang kronis. Dia adalah seorang yang malang karena sakit…yang
berjuang setiap hari dalam hidupnya diantara kesakitan dan kematian’. Dia telah ‘tidak bisa tidur selama tiga puluh
tahun’ Dia menambahkan,’Alam yang membuat saya menderita telah memberikan bukti
pada sakit saya agar supaya tak mampu mengeluarkan kekuatan saya. Benar bahwa
dia selalu mempunyai masalah dengan alat kelaminnya. Dalam sebuah surat kepada
temannya Dr. Tronchin, yang ditulis pada tahun 1755, dia menunjuk pada, ‘cacad
organ sejak saya lahir’. Penulis biografinya Lester Croker, setelah meneliti
dengan hati-hati, menulis: saya yakin bahwa Jean-Jacques lahir sebagai korban
hypospadias, sebuah kelainan bentuk alat kelamin yang mana saluran kecingnya terbuka di permukaan
perut’. Di masa dewasanya, ini menjadi penyempitan sehingga memerlukan selang
untuk buang air kecil yang mana hal ini memperbesar masalahnya baik secara
fisik maupun psikologis. Rousseau selalu merasa mau buang air kecil dan ini
membuatnya dalam kesulitan ketika dia berada di masyarakat kelas tinggi. Dia
menulis, ‘ Saya merasa ngeri memikirkan diri saya sendiri di sekeliling wanita
dan harus menunggu sampai percakapan tentang sesuatu yang bagus itu selesai …..
Ketika akhirnya saya menemukan tangga rumah, ada banyak wanita yang membuatku
harus menunggu, kemudian, halaman penuh dengan kereta kuda yang berjalan yang
siap menabrak saya, para pembantu wanita yang melihat saya, para pesuruh yang
baris di sepanjang tembok dan menertawakan saya. Saya tak dapat menemukan satu tembokpun atau pojokan yang sedikit
buruk yang cocok untuk tujuan saya. Pendeknya, saya bisa buang air kecil
didepan semua orang dan dihadapan
bangsawan yang memakai stocking kaki putih.’
Bacaan tersebut menggambarkan
kemalangan dirinya dan juga menunjukan bahwa kesehatan Rousseau tidak seburuk
seperti yang dia gambarkan. Pada waktu-waktu tertentu, dia menunjukan kondisi
kesehatannya yang baik. Penyakit susah tidur yang dia derita sebagian hanya
merupakan fantasi karena banyak orang telah membuktikan dia tidur mendekur.
David Hume, orang yang bersama dengannya dalam perjalanan ke England,
menulis,’Rousseau adalah orang yang paling kuat dan sehat saya pernah lihat.
Dia sanggup berada diatas geladak kapal
selama sepuluh jam pada malam hari dalam keadaan cuaca sangat buruk dimana
semua awak kapal hampir mati kedinginan, dan dia merasa tidak ada apa-apa.
Keprihatinan yang mendalam tentang
kesehatannya adalah dinamika dari kemalangan yang membungkusnya dan
terus-menerus berada dalam setiap episode hidupnya. Sejak kecil, dia terbiasa
membuat ‘cerita’ untuk menarik simpati, khususnya dari wanita-wanita kaya. Dia
menyebut dirinya sebagai “manusia yang paling tidak susah’ dan menegaskan
bahwa: ‘Nasibku adalah sesuatu yang orang tidak akan berani mendiskripsikannya,
dan tak seorangpun akan percaya. Pada kenyataannya, dia sering mendiskripsikan
perihal tentang dirinya dan banyak orang yang benar-benar percaya kepadanya
sampai mereka tahu benar sifat-sifatnya. Bahkan setelah ketahuan sifat aslinya,
masih tetap ada yang bersimpati. Madame
d’Epinay adalah seorang wanita pengemarnya yang mana Rousseau selalu
memperlakukan dengan tidak baik. Bahkan setelah tahu dengan jelas siapa
Rousseau, dia tetap berkata, ‘saya merasa terharu dengan cara Rousseau
menceritakan kemalangannya’. Dia adalah apa yang biasa tentara menyebut sebagai
Tentara Tua. Orang tidak terkejut bahwa
sebagai anak muda, dia menulis surat permohonan Gubernur Savoy untuk meminta
pensiun dengan dasar bahwa dia menderita sakit yang parah dan akan mati segera.
Dibelakang rasa kemalangan ada rasa
egoisme yang kuat, sebuah perasaan tidak suka dengan orang lain, baik dalam
penderitaan maupun dalam kejayaan. Rousseua menulis: ‘Bagaimanakah mungkin
penderitaanmu sama dengan penderitaaku? Keadaanku sangat unik, tak terdengar
sejak dari awal waktu…’. Dia juga menulis hal yang hampir sama: ‘Orang yang
dapat mencintaiku sebagaimana aku mencintai diriku sendiri masih harus
dilahirkan’, ‘Tak seorangpun yang mempunyai bakat lebih untuk mencintai’. ‘Saya
terlahir untuk menjadi teman sejati’. ‘Saya akan mati dengan keprihatinan jika
ada orang yang lebih baik dariku’. ‘Tunjukan padaku orang yang lebih baik
dariku, yang penuh kasih, lembut, dan penuh perasaan….’. ‘Orang yang terlahir
nanti akan menghormatiku….karena itu adalah hakku.’ ‘Saya menunjukan
kebahagianku.’ ‘….pelipur laraku berada dalam harga diriku.’ ‘…jika ada satu
pemerintahan yang sudah tercerahkan di Eropa, permerintah itu akan membangunkan
patung untukku.’ Maka tak mengherankan kalau Burke mendeklarasikan:
‘kesombongan yang dia miliki sampai pada tingkat sedikit gila.’
Bagian dari kesombangan Rousseau
adalah bahwa dia percaya kalau dirinya sendiri tidak mempunyai perasaan
emosional. ‘Saya merasa terlalu baik untuk membenci’. ‘Aku terlalu mencintai
diriku sendiri kalau membenci orang’. ‘Tak pernah aku tahu nasfu kebencian,
juga tak pernah aku tahu cemburu, kedengkian, dendam, masuk dalam
hatiku….kemarahan kadang-kadang, namun saya tak pernah menyimpannya dan juga
tak pernah mengungkapkannya dengan gerutuan.’
Kenyataanya, dia sering mengerutu dan menyimpan dendam kemarahannya.
Banyak orang melihatnya. Rousseau adalah
seorang intelektual yang memproklamirkan diri sebagai sahabat umat manusia.
Tetapi selain mencinta sebagaimana dia lakukan untuk kemanusiaan secara umum,
dia juga mengembangkan sebuah kebiasaan bertengkar dengan manusia lain. Salah satu korbannya adalah Dr. Tronchin dari
Genewa yang memprotes: ‘Bagaimana mungkin sahabat umat manusia adalah orang
tidak lagi sahabat dari manusia? Menjawabnya, Rousseau mempertahankan haknya
untuk marah kepada orang-orang yang layak dimarahi: ‘Saya sahabat dari umat
manusia dan manusia ada dimana-mana. Sahabat yang benar juga menemukan orang
dengki dimana-mana – dan saya tidak pergi terlalu jauh.’ Menjadi orang yang egois, Rousseau cenderung
menyamakan perasaan benci terhadap dirinya dengan perasaan benci terhadap
kebenaran dan kebajikan semacam itu. Oleh karena itu, tidak ada yang lebih
buruk bagi musuh-musuhnya kecuali membuat masuk akal doktrin tentang hukuman
kekal bagi keberadaan mereka. Dia berkata kepada Madame d’ةpinay, ‘Saya ini pada dasarnya bukan orang yang
kasar, tetapi ketika saya melihat ada ketidakadilan untuk monster-monster ini,
saya suka berpikir ada neraka yang menunggu mereka.’
Kalau Rousseau itu adalah orang
yang sombong, egois dan suka bertengkar, Bagaimana ceritanya sehingga sangat
banyak orang siap menjadi sahabatnya? Jawaban untuk pertanyaan ini membawa kita
kepada watak dasarnya dan pentingnya sejarah. Sebagaian karena kebetulan,
sebagaian karena naluri, sebagian karena usahanya yang hati-hati, dia adalah intelektual pertama yang secara
sistematis mengeksploitasi kesalahan hak-hak istimema bagi kaum bangsawan dan
orang-orang kaya. Lebih-lebih lagi, dia melakukannya dengan cara yang
benar-benar baru, cara memuji kasar yang sistematis. Dia adalah prototipe
karakter tokoh jaman modern, the Angry Young Man. Secara alami dia tidak anti-sosial. Sungguh
dari sejak kecil, dia ingin bersinar di masyarakat. Khususnya, dia ingin
mendapatkan senyum-senyum wanita di masyarakat. Dia menulis, ‘penjahit-penjahit
wanita, pembantu, penjaga toko wanita tidak mengodaku. Saya butuh wanita-wanita
muda.’ Dia adalah orang yang picik, agak
kasar dan tidak menyenangkan. Usaha pertamanya untuk masuk dalam masyarakat
pada tahun 1740-an benar-benar gagal. Drama pertamanya tentang kebaikan wanita
yang menikah di masyarakat merupakan sebuah kehancuran yang membuatnya terhina.
Tetapi, setelah kesuksesan essaynya
membuatnya mampu untuk memainkan kartu alam, dia merubah taktiknya. Sebagai
ganti dari menyembunyikan kekasarannya, dia justru menekankannya. Dia membuat
kekasaran menjadi kebajikan. Dan strategi itu berhasil. Sudah menjadi kebiasaan
diantara kaum terpelajar dari bangsawan Perancis merasa tidak nyaman lagi
dengan system lama tentang hak-hak istimewa kelas masyarakat. Ahli kritik sosial,
C.P. Duclos menulis: ‘Diantara orang-orang besar, bahkan orang-orang yang
sebenarnya tidak begitu suka dengan para intelektualpun bertindak seolah-olah
mereka juga tidak suka dengan sistem hak istemewa kelas karena itu sudah
menjadi model.’ Dengan demikian hampir semua penulis bertindak demikian, meniru
dengan cara tidak baik untuk kebaikan mereka. Dengan melakukan hal yang
berlawanan, Rousseau menjadi tampak jauh lebih menarik, cerdas dan brilian sebagaimana orang suka
memanggilnya ‘Brute of Nature’ atau ‘Bear’. Dia dengan sengaja menekankan
sentimen yang berlawanan dengan konvensi. Dia berkata: ‘sentimen saya adalah
pada mereka yang tidak mau berubah. Mereka membuat saya kehilangan kesopanan
padanya.’ Dia mengakui bahwa dia kasar, tidak menyenangkan, dan tidak diterima
secara sosial dalam hal prinsip. Saya tidak peduli dengan orang yang termasuk
anggota istana. Saya barbarian.’
Pendekatan ini sangat cocok dengan
tulisan-tulisannya yang jauh lebih senderhana dibanding dengan penulis
kontemporer saat itu yang banyak memoles tulisan mereka. Caranya yang langsung ini sesuai dengan
perlakuanya tentang seks dalam novel La Nouvelle Héloïse yang merupakan salah
satu novel yang menyebutkan tentang bagaimana cara wanita berpakaian. Rousseau
membuat rambu-rambu penolakannya terhadap norma-norma sosial dengan
kesederhanaan dan kelonggaran cara berpakaian yang pada saat itu menjadi ciri
utama dari anak muda jaman Romantik. Dia kemudian mencatat: ‘Saya memulai
reformasi saya dengan cara berpakaian saya. Saya berhenti memakai tali emas dan
stocking putih dan memakai wig budar. Saya berhenti memakai pedang dan menjual
jam saya.’ Kemudian diikuti dengan rambut panjang, apa yang dia sebut, ‘style
saya yang ceroboh dengan jengot kasar’. Dia adalah cendekiawan yang berpakain
begitu. Selama bertahun-tahun dia mengembangkan berbagai cara mentereng untuk
menarik perhatian publik padanya. Di Neufchâel dia dilukis oleh Allan Ramsay
mengunakan jubah Armenia kaftan. Dia bahkan memakainya untuk pergi ke gereja.
Orang-orang lokal pada mulanya menolak
tetapi setelah itu menjadi biasa
dan pada saat itu menjadi ciri-ciri buat Rousseau.
Sadar atau tidak, dia adalah
seorang ahli untuk mempublikasikan diri: keantikannya, brutalitas sosialnya,
kepribadian ekstrimisnya, bahkan pertengkarannya menarik banyak perhatian dan
tidak diragukan lagi merupakan bagian dari daya tariknya baik bagi pengemar
aristokrat maupun pembaca dan pemujanya. Ini merupakan fakta significan yang
harus kita lihat bahwa setidaknya melalui cara berpakaian dan berpenampilan
dapat menjadi bagian penting dari kesuksessan banyak pemimpin intelektual.
Rousseau mengikuti jalan ini dalam berbagai cara. Siapa yang dapat mengatakan
bahwa dia salah? Orang-orang sangat resisten dengan ide-ide, khususnya yang baru.
Tetapi ide-ide baru tersebut biasanya secara alami menyenangkan. Kepribadian
luar biasa adalah salah satu caranya. Ini bagaikan satu kecap minuman dapat
diberi gula dan publik tergoda untuk melihat karya-karya yang berhubungan
dengan ide-ide.
Sebagai bagian teknik untuk mengamankan
publisitas, perhatian, dan kebaikannya, Rousseau membuat sebagai kebaikan
positif semua kebiasaan buruk dan rasa tidak berterimakasihnya. Tampaknya tidak
ada kesalahan baginya. Ketika sedang bercerita secara spontanitas, dia adalah
seorang yang merencanakan sesuatu dengan hati-hati untuk mencapai apa yang dia
mau tanpa memperhatikan orang lain, dan karena dia meyakinkan dirinya sendiri
bahwa dia adalah manusia yang mempunyai moral terbaik, secara logis orang lain akan
lebih menilainya dengan motif yang lebih buruk dibanding dengan dirinya. Oleh
karena itu, dalam setiap hubugan dengan orang-orang lain, mereka akan mengambil
keuntungan darinya dan dia akan
mengambil keuntungan dari mereka. Dasar dari dia bernegosiasi dengan
orang lain adalah sederhana: mereka memberi, dia mengambil. Dia
membesar-besarkan ini dengan sebuah argumen yang mengejutkan: karena keunikan dia, siapa yang membantunya
pada kenyataannya berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri. Dia menyusun pola responnya
dalam surat kepada Akademi Dijon yang menganugerahan hadiah padanya. Dia menulis, ‘essay saya mengikuti alur kebenaran yang tidak populer,
dan dengan kemurahan hati anda menghargai keberanian saya, anda telah
menghargai diri anda sendiri lebih. Ya, saudara-saudara, apa yang anda lakukan
untuk kejayaan saya ini adalah mahkota kehormatan yang dianugerahkan pada anda
sendiri’. Rousseau mengunakan teknik yang sama ketika kemasyurannya membuatnya
mendapat sambutan ramah dari orang-orang. Sungguh ini menjadi watak keduanya.
Pertama-tama dia menekankan bahwa kebaikan hati semacam itu tidak lebih
daripada haknya. ‘Sebagai orang sakit, saya punya hak kemanusian karena mereka
hutang hak kepada siapa orang yang sakit’. Atau ‘ saya ini miskin dan …berhak kebaikan
hati.’
Sebagaimana telah ditulis oleh
penulis biografinya, Rousseau selalu menyusun sedikit jebakkan untuk orang. Dia
akan menekankan kesulitan dan kemiskinannya, kemudian ketika orang menawarkan
bantuan, dia akan membuat kejutan atau bahkah hal yang tidak terhormat.
‘Tawaranmu membekukan hatiku. Bagaimana anda tidak paham pada kepentingan anda
sendiri ketika anda mencoba memberikan pelayan selain sebagai seorang teman.’
Dia menambahkan: ‘Saya bukan tidak ingin mendengar apa yang engkau tawarkan,
asalkan anda menghargai bahwa saya bukan untuk dijual.’ Orang yang akan mejadi tuan rumah dibuat
serba salah, dan kemudian membuat jawaban dengan mengunakan istilah-istilah
yang sesuai dengan istilah Rousseau. Ini merupakan ketrampilan psikologis dari
Rousseau untuk membujuk orang. Dia menulis kepada Duc de Montmorency-Luxembourg
yang meminjamkam sebuah rumah yang besar pinggiran kota Paris: ‘Saya tidak
memuji atau berterimkasih pada anda. Tetapi saya tinggal di rumah anda. Setiap
orang mempunyai bahasanya sendiri – saya berkata segala sesuatunya adalah milik
saya.’ Skenarionya berjalan dengan baik,
Duc de Montmonercy menjawab secara apologetis, ‘bukan anda yang berterimakasih
kepada kami, tetapi Mashal dan Saya yang berhutang pada anda’.
Akan tetapi Rousseau tidak dipersiapkan
hanya untuk hal-hal yang menyenangkan saja. Dia terlalu rumit dan menarik untuk
itu. Bersamaan dengan serangkain kalkulasinya yang keras kepala dan dingin, ada
elemen paranoia, semacam sakit mental yang penderitanya berkeyakinan bahwa
orang lain ingin mengancamnya. Ini membuat dia tidak dapat hidup dengan nyaman.
Dia bertengkar hebat dan bahkan secara permanen dengan orang-orang yang dekat
dengannya dan khususnya orang-orang yang telah menolong dan melindunginya Dan
setelah meneliti serangkain cerita tentang dirinya secara berulang-ulang dan
menyakitkan bukan tidak mungkin tanpa sampai pada kesimpulan bahwa dia adalah
orang yang sakit mental. Sakitnya ini tercampur rekat dengan pemikirannya yang
jenius dan hebat, dan kombinasi ini menjadi sangat berbahaya baik bagi Rousseau
maupun bagi orang lain. Pendirian
tentang perilakunya yang selalu benar dan sangat bermoral adalah gejala utama dari sakitnya ini. Dan jika
Rousseau tidak memiliki bakat yang baik, ini mungkin telah dapat terobati
dengan sendirinya atau, paling buruk, menjadi tragedi pribadinya. Tetapi bakat
luar biasanya sebagai seorang penulis membuat dirinya dapat diterima, menjadi
selebriti dan bahkan populer. Ini adalah bukti bahwa pendiriannya kalau dia itu
selalu benar bukanlah pertimbangan yang subjektif tetapi itu berasal berasal
dari dunia yang terpisah, tentu, dari musuh-musuhnya.
Musuh-musuhnya ini kebanyakan
adalah dulu teman-temannya atau orang-orang yang membantunya yang (Rousseau
beralasan setelah dia bertengkar dengan mereka) mencari kelemahan
musuh-musuhnya itu untuk mengeksploitasi atau menghancurkannya. Makna dari
persahabatan tanpa pamrih adalah hal yang asing buat Rousseau. Karena dia
merasa orang yang lebih baik dari orang lain, secara teori ini tidak dapat
dirasakan oleh orang lain. Tindakan-tindakan dari semua ‘teman-teman’nya
dianalisa secara hati-hati oleh dia sejak dari awal, dan pada saat mereka
membuat langkah yang salah, Rousseua berada diatas mereka. Rousseau bertengkar dengan
Diderot orang dimana Rousseau paling banyak berhutang. Dia bertengkar dengan
Grim. Dia telah putus hubungan secara menyakitkan hati dengan Madame d’ةpinay, seorang pelindungnya yang paling
ramah. Dia bertengkar dengan Voltaire –
ini memang hal yang mudah terjadi. Dia bertengkar dengan David Hume, seorang
yang membawa Rousseau ke England dan seorang pahlwan yang menyambutnya dan
berusaha dengan segala cara untuk membuat kunjungannya ke England sukses dan
membuatnya bahagia. Masih banyak lagi
cerminan tentang hal itu, misalnya, serperti petengkarannya dengan temannya
dari Genewa Dr. Tronchin. Rousseau membuat tanda dari kebanyakan
pertengkarannya dengan menulis surat-surat bantahan. Surat-surat ini menjadi diantara karya-karya
briliannya yang ditulis dengan sejarah, kronologi yang mengada-ada untuk
membuktikan bahwa teman-temannya yang membantunya itu adalah seorang monster.
Surat yang dia tulis untuk Hume tertanggal 17 Juli 1766 sepanjang delapan belas
halaman folio (dua puluh lima lebar kertas cetak) telah dipaparkan dalam
biografi Hume sebagai ‘bersesuai dengan konsistensi logis dari orang gila.
Surat itu menjadi dokumen yang paling brilian dan menyenangkan yang pernah
dibuat oleh orang yang cacad mental.’
Rousseau secara beransur-ansur
sampai pada keyakinan bahwa tindakan-tindakan permusuhan diantara orang-orang
yang telah berbuat seolah-olah mencintainya adalah sesuatu yang tidak berdiri
sendiri tetapi sebagai bagian dari pola yang berhubungan. Orang-orang tersebut adalah agen yang dalam
plot jangka panjang akan menghalangi, menganggu dan bahkan menghacurkannya dan
juga merusak karyanya. Dengan mengingat kembali pengalaman hidunya, dia memutuskan
bahwa konspirasi telah terjadi ketika dia berumur enam belas tahun. Waktu itu
dia menjadi seorang pesuruh kepada Comte de Vercellis. Dia berkata: ‘saya yakin
bahwa dari saat ini saya menderita karena sebuah permainan untuk kepentingan
rahasia yang akan menghancurkan saya dan membuat saya paham tentang sebuah
perasaan ketidaksukaan yang tidak dapat dipahami untuk sebuah perintah jelas
yang bertanggung jawab untuk itu.’ Kenyataanya, Rousseau diperlakukan lebih
baik oleh penguasa-penguasa Perancis dibanding dengan penulis-penulis lainnya.
Hanya ada satu usaha untuk menangkapnya, dan biasanya kepala sensor,
Malesherbes, melakukan hal terbaik dengan membantunya untuk mempublikasikan
bukunya. Akan tetapi, perasaan Rousseau
bahwa dia adalah korban dari sebuah jaringan internasional muncul, khususnya,
selama kunjungannya di England. Dia menjadi yakin bahwa Hume pada saat itu
menjadi orang pembuat plot konspirasi yang dibantu oleh banyak asisten. Pada suatu saat, Rousseau menulis kepada Lord
Camden, Konselor, yang menjelaskan bahwa hidupnya dalam bahaya dan meminta
tentara untuk mengeluarkannya dari negara itu.
Tetapi para Konselor waktu itu tidak terbiasa menerima surat dari orang
gila, dan Camden tidak mengambil tindakan apapun. Tindakan-tindakan Rosseau di
Dover pada saat sebelum keberangkatan sangat histeris, berlari diatas geladak
kapal, mengunci diri di kabin, dan meloncat-loncat ditempat dan menunjuk
kumpulan orang dengan klaim fantastis bahwa Thérèse adalah bagian dari
konspirasi plot dan mencobanya untuk tetap di England dengan paksa.
Setelah kembali ke Perancis, dia
membuat poster di depan pintunya yang menyebutkan keluhan-keluhannya tentang
berbagai lapisan masyarakat yang melawannya seperti: pendeta, para intelektual,
rakyat biasa, para wanita, dan orang-orang Swiss. Dia yakin bahwa Duc de Choiseul, Menteri Luar
Negeri Perancis telah membuat konspirasi internasional dan meluangkan waktunya
untuk menyusun jaringan luas yang bertugas untuk membuat hidup Rousseau
menderita. Peristiwa-peristiwa publik
seperti penangkapan Orang Perancis terhadap Corsica dirangkai olehnya menjadi
sebuah kisah untuk menulis sebuah konstitusi. Cukup aneh, atas pemintaan
Choisell, Rousseau menulis konstitusi yang hampir sama tentang kemerdekaan
Polandia untuk kepentiangan orang-orang nasionalis disana. Ketika Choisel
diturunkan dari kekuasaan pada tahun 1770, Rousseau cukup gusar: membuat
tindakan sinis lainnya. Rousseau
mendeklarasikan bahwa dia tidak pernah menemukan alasan-alasan yang real
(selain identifikasinya tentang keadilan dan kebenaran) untuk ‘mereka’
menentukan hukuman baginya. Tetapi tidak ada keraguan tentang sebuat plot yang
terperinci yang sangat tersembunyi dan tidak tampak: ‘Mereka akan membangun
disekelilingku sebuah banguan kegelapan yang tidak dapat ditembus. Mereka akan
menguburku hidup-hidup didalam peti jenazah… . Jika saya mengadakan perjalanan,
segala sesuatu akan diatur dahulu untuk mengontrol kemana saja saya pergi.
Sebuah bisikan kata akan diberikan pada para penumpang, para pengerdara bis,
para penjaga rumah…. Hal-hal yang menakutiku akan disebarkan di sepanjang
jalanku dimana setiap langkah yang saya ambil, pada segala sesuatu yang saya
lihat, hatikku akan tercabik-cabik.’
Karya terakhirnya Dialogues avec moi-même (ditulis mulai 1772) dan
Révéries du promeneur solitaire (1776) merefleksikan persekusi-mania ini.
Ketika dia menyelesaikan karyanya Dialogues, dia menjadi yakin bahwa ‘mereka’
bermaksud untuk menghancurkannya, pada tanggal 24 Februay 1776 dia pergi ke
Katedral Notre Dame dengan maksud mendapatkan perlindungan untuk manuskripnya
dan meletakannya di Altar Tinggi. Tetapi gerbangnya terkunci secara misterious.
Sindiran! Maka dia membuat enam salinan dan diberikan dengan kekuatan gaib
kepada beberapa orang: satu untuk Dr. Johnson, seorang teman yang selalu
berstoking biru dan Miss Brooke Boothy dari Lichfield. dan Miss Boothylah orang
pertama yang mempublikasikan karya Rousseau tersebut pada tahun 1780. Pada saat
itu, Rousseau tentu sudah ada dikuburnya,
pasti dia masih yakin bahwa ada ribuan agen yang mengejarnya.
Penderitaan-pendiritaan dari
pikiran yang disebabkan karena bentuk kegilaan ini nampak cukup jelas pada
Rousseau, dan dari waktu ke waktu, tidak mungkin untuk tidak menaruh kasihan
padanya. Dengan demikian, dia tidak dapat disingkirkan. Dia adalah salah
seorang penulis yang paling berpengaruh yang pernah ada. Dia menghadirkan
dirinya sebagai sahabat bagi kemanusiaan dan khususnya sebagai pemengang
prinsip kebenaran dan kebajikan. Dia dulu dan sungguh sampai sekarang masih
secara luas diterima semacam itu. Oleh
karena itu, perlu bagi kita untuk melihat lebih dekat pada tindakannya sebagai
penyampai kebenaran dan kebajikan’. Apa
yang kita temukan? Issu kebenaran sangat significan karena setelah kematiannya,
Rousseau terkenal dengan karyanya Confessions. Ini merupakan usaha pribadi
memproklamirkan diri untuk menceritakan seluruh kebenaran hakiki dari kehidupan
manusia, dalam satu hal, keberanan ini yang tidak pernah ada kecuali
diusahakan. Buku ini adalah bentuk baru
dari autobiografi kebenaran-ultra.
Rousseau membuat klaim absolut
untuk kebenaran dari buku ini. Di musim dingin tahun 1770-1771, dia
membacakannya di ruangan-ruangan yang diatur dengan baik selama lima belas
sampai tujuh belas jam dengan istirahat makan. Korban-korban serangannya salah
satunya adalah Madame d’ةpinay. Madame d’ةpinay meminta penguasa untuk menghentikan acara pembacaan tersebut.
Rousseau setuju untuk berhenti tetapi pada akhir bacaannya dia menambahkan
kata-kata: ‘Saya telah mengatakan kebenaran. Jika seseorang mengetahui
fakta-fakta yang bertentang terhadap apa yang telah saya katakan, bahkan jika
fakta-fakta itu telah dibukti seribu kali,
semuanya adalah bohong dan semu……(siapa saja) yang mengamati dengan
matanya sendiri sifat saya, karakter saya, moral, kecenderungan, kesenangan,
kebiasaan saya dan dapat percaya kepada saya bahwa orang yang tidak jujur itu
adalah dia sendiri, orang yang layak
dicekik lehernya.’ Hal ini membuat pendengar diam terpana.
Rousseau membesar-besarkan
julukannya menjadi penyampai kebenaran dengan mengklaim mempunyai memori yang
hebat. Lebih penting, dia menyakinkan
para pembaca dengan mengatakan bahwa dia ikhlas menjadi orang pertama mengungkapkan
kehidupan seksnya secara terperinci, bukan dalam spirit untuk mengungkapkan
keperkasaan, tetapi sebaliknya dengan rasa malu dan keengganan. Sebagaimana dia
sepantasnya katakan, dengan mengacu kepada ‘labyrin kotor dan hitam’ tentang
pengalaman kehidupan seksnya, ‘Ini bukan tentang kejahatan apa yang paling
berat untuk dikatakan, tetapi tentang apa yang membuat kita merasa gila dan
malu.’ Tetapi sejauh mana kemurnian dari keengganannya? Di Turin, ketika dia
muda, dia berjalan-jalan di jalan gelap dan menampakan pantatnya telajang kepada para
wanita: ‘Kesenangan bodoh yang saya pernah lakukan dalam menampakkannya didepan
mata-mata yang tidak dapat didiskripsikan.’ Rousseau adalah pemapar yang
alamiah dalam hal seks dan juga dalam hal-hal lain, dan ada kesenangan
tersendiri dalam cara dia memaparkan kehidupan seksnya. Dia menunjukan
kejantanannya, bagaimana dia menikmati di pukul pantatnya yang telanjang oleh
saudara perempuan seorang pastor yang strik, Mademoiselle Lambercier, karena
sengaja berbuat nakal agar dihukum, dan juga menyarankan kepada saudara tuanya,
Mademoiselle Gorton, untuk memukulnya juga: ‘terbaring di kaki seorang nyonya
rumah yang sombong, mematuhi perintahnya, meminta maaf – cara ini untuk saya
merupakan sebuah kenikamatan yang indah’. Dia menceritakan bagaimana sebagai seorang
anak, dia melakukan mastubasi. Dia
mempertahankan ini karena hal ini mencegah seorang anak muda dari terjangkiti
penyakit dan karena, ‘kebiasaan ini membuat orang yang penakut dan pemalu
menemukan sesuatu yang sangat nyaman lebih dari satu kenikmatan
khayalan-khayalan yang hidup: ini memungkinkan bagi para pelakunya menjalaninya
dengan semua wanita dalam hasratnya dan membuat keindahan memberikan keyamanan
yang mengoda mereka tanpa harus memperoleh ijinnya.’ Dia memberikan gambaran
sebuah usaha mengodanya dari seorang homoseksual di rumah sakit Turin. Dia
mengakui bahwa dia telah memceritakan kesenangan Madame de Warens dengan tukang
kebunnya. Dia mendiskripsikan bagaimana dia tidak mampu melakukan hubungan
cinta dengan seorang gadis ketika dia tahu bahwa gadis itu tidak mempunyi
puting susu sebelah, dan mencatat tindakannya tanpa melibatkan dia, ‘membiarkan
wanita sendirian dan belajar matematika’. Dia menekankan melakukan masturbasi
dalam kehidupannya belakangan karena lebih nyaman dibanding dengan mencari
kehidupan cinta yang aktif. Dia
memberikan kesan sebagian sengaja, sebagian tidak sengaja, bahwa sikapnya
terhadap seks tetap kekanak-kanakan pada intinya.
Pengakuan-pengakuan yang rusak ini
membangun kepercayaan terhadap pandangan Rousseau tentang kebenaran, dan dia
memperkuatnya dengan menghubungkannya dengan episode-episode non-seksual
lainnya yang memalukan seperti mencuri, berbohong, pengecut dan pembelotan.
Tetapi ada elemen kebohongan disini. Tuduhan-tuduhan atas dirinya digunakan
untuk membuat tuduhan-tuduhan yang dibuat sesudahnya untuk menyerang
musuh-musuhnya menjadi jauh lebih meyakinkan. Dideriot mengamatinya dengan
geram, ‘dia mendiskripsikan diri dengan cara yang menjijikan untuk membuat
tuduhan yang tidak adil dan kasar bahwa orang lain sama dengannya.’ Lebih-lebih
lagi, cara penuduhan terhadap diri sendiri adalah bersifat memperdaya karena
dalam setiap tuduhan dia mengikutinya dengan pengakuan terus terang yang
dipresentasikan dengan cara membuktikan bahwa tuduhan itu bukan suatu kesalahan
sehingga pembaca akhirnya bersimpati kepadanya dan memberikan kredit atas
kejujurannya. Kemudian lagi,
kebenaran-kebenaran yang dipresentasikan oleh Rousseau sering menjadi kebenaran
yang hanya separuh benar: kejujurannya yang selektif dalam beberapa hal
merupakan aspek yang paling tidak jujur, baik itu dalam bukunya
Confessions maupun dalam surat-suratnya.
Fakta-fakta yang dia akui secara terus terang dalam pandangan sarjana modern
tampak tidak akurat, menyimpang atau bahkan tidak ada. Ini kadang-kadang sangat
jelas bahkan hanya dengan melihatnya dari bukti-bukti internal saja. Demikaian
pula, dia memberikan pertimbangan yang sangat berbeda tentang homoseksual dalam
karya ةmile
dan Confessions. Ceritanya secara
keseluruhan adalah sebuah mitos saja. Dia memberikan informasi tentang tahun
kematian ayahnya salah dan mendiskripsikannya ‘sekitar enampuluh’, yang pada
kenyataannya dia adalah tujuh puluh
lima. Dia berbohong tentang keadaan dia selama tinggal di rumah sakit Turin,
yang merupakan salah satu periode kritis dalam hidupnya. Hal tersebut muncul secara sedikit demi
sedikit dan mengambarkan bahwa tidak ada penyataan dalam Confessions yang dapat
dipercaya jika tidak didukung dengan bukti-bukti eksternal. Sungguh sangat
sulit untuk tidak percaya kepada salah ahli kritik modern, J.H. Huizinga, yang
mengkritik karya Rousseau dan menyatakan bahwa
klaim-klaim kuat dalam Confessions tentang kebenaran dan kejujuran
membuat distorsi dan kesalahan yang begitu memalukan: ‘Semakin orang membacanya
secara penuh perhatian dan membaca lagi, semakin dia memahami isinya, semakin banyak lapisan
celanya menjadi jelas kelihatan’. Apa yang membuat ketidakjujuran Rousseau
berbahaya – apa yang membuat temuannya
ditakuti oleh bekas teman-temannya – adalah ketrampilan dan kecerdasannya yang
kejam dalam mempresentasikan karyanya. Sebagaimana penulis biografinya,
Professor Crocker menuliskannya: ‘Semua sebab pertengkarannya (seperti dalam
episode Vinisian) mempunyai keyakinan, kefasihan dan udara keikhlasan yang
menarik, kemudian fakta-fakta tersebut muncul menjadi sebuah kejutan.
Banyak pengabdian Rousseau untuk
kebenaran. Apakah kebajikannya? Dia berkata bahwa dia lahir untuk mencintai,
dan dia mengajarkan doktrin cinta secara
kontinyu dibanding dengan para rohaniawan.
Kemudian seberapa baik dia mengungkapkan cintanya dengan orang yang
terdekat dengannya? Kematian ibunya membuatnya kehilangan kehidupan normalnya
dari sejak lahir. Dia tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadapnya dalam
berbagai hal karena dia tidak pernah tahu ibunya. Dalam hal lain, dia
menunjukkan tak ada perasaan kasih, atau benar-benar berkepentingan terhadap
anggota keluarga yang lain. Kematian ayahnya tidak berarti apa-apa baginya dan
kematiannya tidak lain hanyalah kesempatan baginya untuk mendapat warisan. Dalam hal ini perhatian terhadap saudaranya
yang hilang muncul setidaknya untuk
membuktikan bahwa dia telah mati, sehingga uang keluargannya dapat dapat
menjadi miliknya. Dia melihat keluarganya berdasarkan uang. Dalam Confessions,
dia mendiskripsikan, ‘salah satu ketidakkonsistenan saya yang nyata – bertemunya ketamak kotor dengan
kejijikan terhadap uang.’ Tidak ada
banyak bukti tentang kejijikannya terhadap uang dalam hidupnya. Ketika warisan
keluargannya jatuh ketangannya, dia mengambarkan waktu menerima surat
wasiatnya. Dia berusaha semampunya untuk menunda membuka surat tersebut sampai
hari berikutnya. Kemudian: ‘Saya membukannya dengan sengaja secara pelan-pelan
dan menemukan surat pesanan uang didalamnya.
Saya pertama-tama merasakan banyak kebahagian tetapi saya bersumpah yang paling menyenangkan adalah telah
menguasai diri saya sendiri.’
Jika sikap-sikap diatas adalah
sikap terhadap keluargannya yang sebenarnya, bagaimana dia memperlakukan ibu
asuhnya, Madame de Warens? Jawabannya adalah : pelit. Madame de Warans telah
menyelamatkannya dari kemelaratan tidak kurang dari empat kali, tetapi ketika
Rousseu kemudian menjadi kaya dan Madame de Warens menjadi miskin, Rousseau
hampir tidak pernah membantunya. Menurut hitungan Rousseau, dia telah mengirim
‘sedikit’ uang ketika dia diwarisi harta keluarganya pada tahun 1740-an, tetapi
dia menolak untuk memberinya lebih dengan alasan uang tersebut hanya akan
diambil oleh ‘penipu’ yang hidup disekelilingnya. Ini adalah alasan. Beberapa
saat kemudian Madame de Warens meminta bantuan uang kepadanya namun tidak ada
jawaban sama sekali. Dia menghabiskan masa dua tahun terakhirnya dalam
kesengsaraan dan kematiannya pada tahun 1761 mungkin disebabkan karena kekurangan
gizi. Comte de Charmette yang tahu
keduanya, benar-benar mengutuk Rousseau karena kegagalannya untuk
kembali menjengut Madame de Warens atau setidaknya sebagai bagian dari biaya
orang yang telah membantu dan melindunginya dulu. Rosseau kemudian berhubungan lagi, dalam
karyanya Confessions , dengan mengatakannya sebagai ‘ibu dan wanita terbaik’.
Dia mengklaim tidak menulis surat untuknya karena dia tidak mau melihat Madame
de Warens menderita karena mengetahui masalah-masalahnya. Dia mengakhiri:
Pergi, rasakan buah-buah kemuliaanmu dan siapkanlah tempat untuk muridmu
serperti yang dia harapkan yang akan dia tempati disampingmu suatu hari nanti!
Berbahagialah dalam kemalanganmu karena Surga telah meminjamkan kacamata
kejamnya padamu.’ Itulah Rousseau yang memperlakukan kematiannya dalam konteks
yang benar-benar egosentris.
Apakah Rousseau mampu mencintai
wanita tanpa pesanan kuat untuk
mementingkan diri sendiri? Menurut
pengakuannya sendiri, ‘cinta pertamaku dan hanya satu-satunya adalah Sophie,
Comtesse d’Houdetot, adik ipar dari orang yang banyak membantunya, Madame d’ةpinay.
Rousseau mungkin telah mencintai Sophie, tetapi Rousseau berkata bahwa
dia telah memberikan peringatan dalam surat cintanya yang mana publikasi dari
surat-surat itu telah merusak citra Sophie disebabkan karena dia. Dengan
Thérèse Levarseur, seorang tukang cuci yang berumur 23 tahun yang dijadikan
kekasihnya pada tahun 1745, dan tetap bersamanya selama tiga puluh tiga tahun
sampai kematian Rosseau. Rousseau berkata bahwa dia tidak pernah merasakan
gemerlapnya cinta padanya…..kebutuhan sesusual yang saya puas dengannya adalah
hanyalah seksual semata dan tidak ada
hubungan dengannya secara individual. Dia menulis, ‘Saya berkata kepadanya
bahwa saya tidak akan pernah meninggalkannya dan juga tidak pernah mengawininya.’
Seperempat abad kemudian, Rosseau mengadakan perkawinan semu dengannya didepan
beberapa temannya tetapi mengunakan kesempatan tersebut untuk membuat pidato
yang menyatakan bahwa masa depan dan
orang-orang yang akan hidup kemudian akan mendirikan patung untuknya dan ‘pada
saat itu, bukan kehormatan kosong telah menjadi seorang teman dari Jean-Jacques
Rousseau.’
Dalam satu hal Rousseau membenci Thérèse sebagai orang kasar, pelayan
buta huruf dan membenci dirinya sendiri karena bergaul dengan dia. Rousseau
menuduh ibunya tamak dan saudara
laki-lakinya mencuri empat puluh dua baju bagusnya (Tidak ada bukti bahwa
keluarga Thérèse seburuk seperti yang Rousseau gambarkan). Dia berkata bahwa
Thérèse tidak hanya tidak dapat membaca atau menulis tetapi juga tidak tahu
mengatakan jam berapa dan tidak mengerti hari itu hari apa. Rosseau tidak
pernah mengajaknya keluar dan ketika Rosseau mengundang kawan-kawannya makan malam Thérèsa tidak diijinkan untuk
duduk bersama. Dia membawa masuk makanan kedalam dan Rousseau ‘bersenang-senang
diatas penderitaanya’. Untuk menghibur Duchesse de Montmorency-Luxembourg Rousseau mengkompilasi sebuah katalog tentang
pekerjaan Thérèse. Bahkan beberapa teman besarnya merasa terkejut dengan cara
penghinaan yang Rousseau gunakan untuk Thérèse. Orang-orang pada saat itu
berpendapat berbeda-beda sehubungan dengan Thérèse ini, sebagian melihatnya
sebagai gosip saja. Sebagian lain menggambarkan Thérèsa dalam kondisi terhitam.
Tetapi Thérèse mempunyai banyak pembela juga.
Sungguh, Rousseau juga memberikan
pujiannya kepada Thérèse sebagai: ‘wanita yang berhati malaikat’, ‘lembut dan
baik hati’, ‘konselor yang hebat’, ‘gadis sederhana tanpa kegenitan’. Rousseau
mendapatinya sebagai seorang yang ‘takut-takut dan mudah didominasi’. Pada
kenyataanya tidak jelas sama sekali apakah Rousseau memahaminya atau mungkin
karena dia terlalu terobsesi untuk mempelajari pribadi Thérèse. Gambaran yang
paling dapat dipercaya adalah yang diberikan oleh James Boswell, orang yang
telah mengujungi Rousseau lima kali pada tahun 1764 dan kemudian dia melarikan
Thérèse ke England. James mendapati Thérèse sebagai seorang gadis kecil
Perancis yang rapi dan menyenangkan. Boswell menyuapnya agar dapat mempunyai
akses ke Rousseau dan Boswell mampu membujuk Thérèse untuk memberikan dua surat
dari Rousseau untuknya (hanya satu yang ada). Surat tesebut mengungkapkan bahwa
hubungan mereka mesra dan intim. Thérèse bercerita kepada Boswell: ‘Saya telah
bersama dengan Rousseau selama dua puluh dua tahun. Saya tidak akan menyerah
untuk menduduki tempat sebagai Ratu Perancis.’ Sebaliknya, suatu ketika Boswell
menjadi teman bepergiannya, dia mengoda Thérèse tanpa kesulitan sedikitpun.
Gambaran langkah demi langkah affair nya dipotong dari manuskrip catatan
hariannya oleh Badan Sensor Sastra dan gap yang ada ditandai dengan kata-kata
‘Bacaan Tercela’. Namun masih ada yang tersisa satu kalimat yang mana Boswell
mencatat kejadian itu di Dover: ‘Kemarin pagi saya masuk ke kamar tidurnya
pagi-pagi sekali dan melakukannya sekali: tiga belas kali semuanya’. Dan itu cukup bagi Boswel untuk mengungkapkan
bahwa Thérèse merupakan wanita yang mendunia dan jauh lebih rumit dibanding
dengan bagaimana orang menganggapnya. Jadi hal yang sebenarnya tampaknya dia
mengabdikan diri pada Rousseau dalam segala hal, tetapi dia telah diajari oleh
perilaku Rousseau sendiri untuk mengunakan Rousseau sebagaimana Rousseau
mengunakan dia. Kasih sayang Rousseau
yang terhangat adalah kepada binatang. Boswell mencatat pemandangan bahagianya
bermain dengan kucing dan anjingnya. Rousseau memberikan kasih sayangnya kepada
anjing dan kucingnya cinta yang tidak pernah diberikan pada manusia. Bahkan Anjing yang dibawa bersamanya ketika
ke London hampir-hampir membuatnya tidak hadir dalam pertunjukan Drama Garrick
yang telah disusun untuknya di Drury Lane.’
Rousseau menjaga dan bahkah
menyayangi Thérèse karena Thérèse dapat melakukan yang binatang tidak dapat
melakukan untuknya: memasang selang untuk menghilangkan penyempitannya,
misalnya. Rousseau tidak akan pernah memberi toleransi kepada pihak ketiga
untuk mencampuri hubungannya: Rousseau menjadi marah, misalnya, ketika sebuah
penerbit mengirim Thérèse sepotong baju. Rousseau langsung memveto dengan
sebuah rencana akan memberikannya
pensiun, yang mungkin akan membuatnya tidak tergantung pada Rousseau lagi.
Hampir semua, Rousseaupun tidak akan mengijinkan anak-anak untuk menganggu
klaim-klaimnya terhadap Thérèse, dan ini membawanya kearah kejahatan yang
paling besar. Karena sebagian besar teori Rousseau terletak pada teori bagaimana
cara membesarkan anak – pendidikan adalah tema yang mendasari karyanya Dicours,
Emile, Social Contract dan bahkan La Nouvelle Héloïse – ini mengherankan
bagaimana kehidupan yang sesungguhnya sangat berbeda dengan apa yang ditulis,
Rousseau tidak begitu banyak menaruh perhatian kepada anak. Tidak ada bukti
apapun yang membukti bahwa dia meneliti anak-anak untuk membuktikan teorinya.
Dia mengklaim tak seorang pun yang menikmati bermain dengan anak-anak melebihi
dirinya, tetapi anekdot yang kita buat untuk dia dalam kapasitas ini tidak
menyenangkan. Pelukis Delacroix menceritakan dalam Journal (31 Mei 1824) bahwa
seorang laki-laki menceritakan kepadanya telah melihat Rousseau di Taman
Tuileries: ‘Bola dari seorang anak mengenai kaki sang filsuf. Sang Filsuf marah
dan mengejar anak itu denga membawa sepotong tebu.’ Dari apa yang kita tahu tentang karakternya,
tidak mungkin Rousseau pernah menjadi seorang ayah yang baik. Berhubungan
dengan hal ini, kejutan-kejutan yang menyakitkan akan muncul ketika tahu orang
tahu apa yang Rousseau lakukan terhadap anak-anaknya sendiri.
Anak pertamanya dilahirkan Thérèse
pada Musim dingin tahun 1746-1747. Kita tidak tahu apa jenis kelaminnya. Bayi
itu tidak pernah diberi nama. Dengan (dia berkata) ‘kesulitan yang terbesar di
dunia’, dia membujuk Thérèse agar bayi dibuang untuk ‘menyelamatkan
kehormatannya’. Thérèse ‘mematuhinya dengan desahan’. Rousseau menepatkan
bayinya dalam kotak kardus dan membungkusnya dengan pakai bayi dan meminta
kepada bidannya untuk menjatuhkan bukusan itu di Hôpital des Efants-trouvés.
Empat bayi lainnya yang dilahirkan Thérèse dibuang dengan cara yang sama. Tak
satupun yang diberi nama. Ini kemungkinan bahwa bayi-bayi itu hidup sangatlah
tipis karena sejarah dari institusi itu, Hôpital des Efants-trouvés, seperti
yang dipaparkan dalam Mercure de France pada tahun 1746 telah kelebihan bayi
buangan yang jumlahnya lebih dari 3000 dalam satu tahun. Pada tahun 1758
seperti yang dicatat oleh Rousseau sendiri
jumlah totalnya meningkat menjadi 5082. Sampai tahun 1772, jumlah
rata-ratanya hampir 8000. Dua pertiga dari bayi tersebut mati pada usia sebelum
satu tahun. Empat belas dari seratus bayi dan dari kelima bayi tersebut hidup
sampai dewasa, dan hampir semuanya menjadi pengemis dan gelandangan. Rousseau
tidak pernah mencatat tanggal lahir dari kelima anaknya tersebut dan tidak
pernah tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi terhadap mereka kecuali
sekali pada tahun 1761, ketika Thérèse akan menemui ajalnya. Dia berusaha
asal-asalan, dan segere berhenti, untuk mencari tahu apa gerangan yang telah
terjadi dengan anak pertamanya.
Rousseau tidak dapat menutupi
rahasia kelakuannya secara keseluruhan. Pada beberapa kesempatan pada tahun
1751 dan lagi tahun 1761, dia harus mempertahankan diri dengan surat-surat
pribadinya. Kemudian pada tahun 1764 Voltaire yang marah karena
serangan-serangan sebagai seorang atheis dari Rousseau membuat pamflet anomim
yang ditulis kepada seorang Pastor
Geneva yang berjudul Le Sentiment des Citoyens. Voltaire secara terbuka menuduh
Rousseau membuang lima bayinya, selain itu dia juga menyatakan bahwa Rousseau
itu seorang pembunuh dan berpenyakit raja singa. Bantahan-bantahan Rousseua
terhadap pamflet ini pada umumnya diterima. Walaupun demikian Rousseu menelurkannya
dalam sebuah episode dan inilah yang menjadi faktor penentu bagi Rousseau untuk
menulis karyanya Confessions dimana pada dasarnya karya ini dirancang untuk
membantah atau memperingan fakta-fakta yang telah diketahui oleh publik. Dua
kali dalam karya ini dia mempertahankan diri dalam hal-hal yang berhubungan
dengan bayi-bayinya dan dia menulis kembali tentang masalah ini dalam bukunya
Reveries dan berbagai surat-suratnya. Secara keseluruhan usahanya untuk
mempertahan diri baik secara publik maupun pribadai telah tersebar selama dua
puluh lima tahun dan sangat beragam.
Namun usaha-usaha tersebut hanya membuat keadaan semakin buruk karena
berisi kekasaran dan egoisme yang bercampur dengan kemunafikan. Pertama-tama
dia menyalahkan lingkaran intelektual yang atheis diantaranya dia meletakan ide-ide tentang yatim piatu
Kemudian dilanjutkan dengan ide mempunyai anak itu ‘tidak nyaman’. Dia tidak
mampu untuk melakukannya. ‘Bagaimana mungkin saya dapat memperoleh ketenangan
pikiran yang saya perlukan untuk membuat karya-karya saya, jika loteng saya
dipenuhi dengan urusan domestik dan kegaduhan anak-anak?’ Dia terpaksa
membungkuk-bungkuk dalam karya yang semakin terdegradasi, ‘untuk hal-hal yang
remeh semacam itu membuat saya terisi ketakutan yang sudah sewajarnya’, ‘Saya
tahu sepenuhnya dengan baik, tak ada seorang ayah yang lebih lembut daripada
saya’. Tetapi Rousseau tidak ingin anaknya berhubungan dengan ibunya Thérèse,
‘Saya gemetar untuk memberikan kepercayaan kepada keluarga yang sakit itu’.
Secara kasar, bagaimana mungkin orang yang mempunyai karakter moral yang tinggi
akan melakukan kesalahan semacam itu?
‘…..cinta saya sangat kuat kepada keagungan, kebenaran, keindahan, dan
keadilan; ketakutan saya terhadap setiap keburukan, ucapan ketidakmampuan saya untuk membenci
atau melukai atau bahkan memikirkannya; emosi yang indah dan manis dimana saya
merasakannya dengan pandangan bahwa semua itu baik, murah hati, dan
menyenangkan. Saya bertanya, apakah mungkin semuanya ini dapat setuju dalam
hati yang sama dengan keburukan moral
yang menginjak-injak dibawah kakinya hal yang terindah dari kewajiban-kewajiban
itu, tanpa sedikitpun keberatan? Tidak!
Saya merasa dan mengatakan dengan jelas dan tegas - itu tidak mungkin! Tidak pernah dalam sedetik
hidupnya, Jean-Jacques menjadi seorang laki-laki tanpa perasaan, tanpa rasa
kasih, atau seorang ayah yang dibuat-buat.’
Berdasarkan kebajikannya sendiri,
Rousseau merasa berkewajiban untuk terus melanjutkan dan mempertahankan semua
tindakan-tindankannya dengan dasar yang positif. Dalam hal ini, hampir secara
kebetulan, Rousseau membawa kita langsung kedalam pertimbangan hati, baik
tentang masalah pribadinya maupun filosi politiknya. Benar untuk mendudukan
desertasi tentang anak-anaknya tidak hanya karena itu merupakan satu-satunya
contoh yang paling menonjol dari perasaan tidak berperikemanusiaannya tetapi
itu karena juga merupakan bagian organis dari proses menghasilkan teorinya
tentang politik dan peranan negara.
Rousseau menganggap dirinya sebagai anak buangan. Sejuah itu, dia tidak
pernah benar-benar dibesarkan oleh orangtuanya, tetapi dia tetap menjadi anak
yang mandiri sepanjang hidupnya, berjalan dari Madame de Warens yang berlaku
sebagai ibunya sampai dengan Thérèse sebagain orang yang merawatnya. Ada banyak
tulisan dalam bukunya Confessions dan masih banyak lagi dalam surat-suratnya
yang menekankan tentang elemen anak. Banyak orang yang telah berhubungan dengan
dia – Hume misalnya – melihat Rousseau sebagai seorang anak. Mereka mulai
berpikir tentang Rousseau sebagai seorang anak yang tidak membahayakan dan
dapat diatur dengan pertimbangan jika mereka berhubungan dengan anak nakal dan
cerdas. Karena Rousseau merasa (dalam beberapa hal) sebagai seorang anak, ini
membuat dia tidak dapat membesarkan anak-anaknya sendiri. Sesuatu harus
mengantikannya dan sesuatu itu adalah Negara dalam bentuk rumah yatim-piatu.
Oleh karena itu, Rousseau
berargumen bahwa apa yang dia lakukan adalah ‘sebuah rencana yang masuk akal
dan baik.’ Itu benar-benar sama dengan apa yang telah disampaikan oleh Plato.
Anak-anak akan ‘menjadi lebih baik jika tidak dibesarkan dengan kelembutan
karena itu akan membuatnya kuat dan sehat.’ Mereka akan ‘menjadi jauh lebih
bahagia dibanding ayah-ayah mereka’. Rousseau menulis, ‘Saya berkeinginan dan
terus tetap berkeinginan untuk dapat dibesarkan dan diasuh dengan cara mereka
itu.’ ‘Seandainya saya boleh mempunyai keberuntungan yang sama dengan
mereka.’ Pendeknya, dengan mentransfer
tangungjawabnya kepada negara, Rousseau berkata, ‘Saya pikir saya telah
melakukan tindakan sebagai seorang warga negara dan seorang ayah dan saya
melihat diri saya sendiri sebagai anggota dari Republik Plato’.
Rousseau menegaskan bahwa dengan
menelurkan perilaku terhadap anak-anaknya semacam itu akhirnya menuntun dia
untuk memformulasikan teori pendidikan yang tuangkan dalam bukunya ةmile. Hal ini juga membantunya dalam menulis
bukunya Social Contract, yang dicetak pada tahun yang sama. Bermula dari sebuah
proses justifikasi diri pribadi dalam hal tertentu – serangkaian alasan-alasan
pemikiran cepat dan sakit karena perilakunya sendiri yang mana dia pasti tahu
itu tidak alami – secara berangsur-angsur berubah, karena
pengulangan-pengulangan dan tumbuhnya harga diri yang menguat keyakinannya,
menjadi dalil bahwa pendidikan adalah kunci peningkatan moral dan peningkatan
sosial. Karena itu adalah kunci peningkatan moral dan sosial maka itu adalah
kewajiban dari Negara. Negara harus membentuk pemikiran dari semua warga
negara, tidak hanya pemikiran anak-anak (seperti yang digambarkan Rousseau
dalam institusi yatim-piatu) tetapi juga pemikiran warga negara yang dewasa.
Dengan serangkaian logika moral yang remeh, kesalahan Rousseau sebagai orangtua
dihubungkan dengan pengembangan ideologinya tentang negara totaliter masa
depan.
Kekacauan selalu melingkupi ide-ide
politik Rousseau kerana dia dalam beberapa hal adalah seorang penulis yang
tidak konsisten. Dalam beberapa bacaan dalam karyanya dia nampak menjadi
seorang yang konsevatif yang menentang revolusi: ‘Berpikir tentang
bahaya-bahaya dari pengerakan masa’. ‘Orang-orang yang membuat revolusi hampir
selalu berakhir dengan membawa kepada dirinya sendiri godaan-godaan yang
membuat rantai-rantai mereka lebih berat dari sebelumnya.’ ‘Saya tidak akan
berhubungan dengan plot revolusi yang selalu mengarahkan pada ketidakteraturan,
kekerasan dan pertumpahan darah.’ ‘Kebebasan dari keseluruhan ras manusia tidak
hanya bernilai satu nyawa manusia.’
Tetapi disisi lain tulisan-tulisannya juga mengandung kebencian radikal,
‘Saya benci keagungan, saya benci kelas mereka, kekasaran mereka, prasangka
mereka, kepicikan mereka, semua sifat buruk mereka.’ Dia menulis kepada salah
satu wanita bangsawan, ‘ini kekayaan kelas, kelasmu, yang mencuri dariku, roti
anak-anaku,’ dan dia mengakui ‘mempunyai kebencian tertentu kepada orang sukses
dan kaya, seolah-olah kekayaan dan kebahagian mereka diperoleh karena
mengorbankan saya. ’Orang-orang kaya adalah serigala-serigala lapar yang sekali
saja mereka merasakan daging manusia, akan menolak semua makanan pengantinya.’
Banyak sekali aforismenya dengan nada radikal kuat yang membuat buku-bukunya
sangat menarik khususnya bagi anak muda. “Buah-buah dari bumi milik kita semua,
dan bumi itu sendiri bukan milik siapa-siapa.’ ‘Manusia lahir bebas dan
dimana-mana saling berhubungan.’ Entrinya dalam Encyclopédie pada ‘Political
Economy’ meringkas sikap kelas pemerintah: ‘Kamu membutuhkan saya karena saya
kaya dan kamu miskin. Mari kita buat perjanjian: Saya ijinkan kamu untuk
mendapat kehormatan melayani saya, asalkan kamu memberikan pada saya apa saja
yang membuat kamu menghalangi saya untuk memerintahmu.’
Walaubagaimanapun, kita sudah mengetahui
keadaan yang Rousseau ingin ciptakan, pandangannya bermula untuk melengkapi satu
sama lain. Perlu untuk menganti masyarakat yang ada dengan sesuatu yang
benar-benar berbeda dan egaliter. Tetapi untuk membuat ini agar tercapai,
kekacauan revolusioner tidak dapat dicegah. Orang-orang kaya dan orang yang
mempunyai hak istimewa, sebagai kekuatan pemerintah, akan diganti oleh Negara
yang mempunyai Jenderal Will dimana semuanya membuat janji untuk mematuhinya.
Kepatuhan semacam itu akan menjadi naluriah dan suka rela karena Negara dengan
sebuah prosses sistematis mengunakan teknik budaya akan menanamkan
nilai-nilai kebajikan untuk semua warganya. Negara adalah ayah, the patrie dan
semua warga negaranya adalah anak-anaknya dari rumah yatim piatu. (oleh karena
itu, ucapan Dr. Johson yang memotong semua alur pikiran Rousseau yang menyesatkan,
‘Patriotisme adalah pengungsian terakhir dari seorang yang jahat). Dan benar
anak-anak negera, tidak seperti anak Rousseau sendiri, setuju untuk memberikan
kepada negara secara bebas perjanjian itu. Dengan demikian melalui keinginan
kolektifnya, mereke merupakan legitimasinya, setelah itu, mereka tidak
mempunyai hak untuk merasa terhalang, karena telah menginginkan hukum, mereka
harus cinta dengan kewajiban-kewajiban yang diberikan padanya.
Meskipun Rousseau menulis tentang Jendral Will
berkenaan dengan kebebasan, hal tersebut secara esensial merupakan sebuah
instrument otoriter, sebuah bayangan awal dari ‘demokrasi terpusat’nya Lenin.
Hukum dibawah Jendral Will harus, secara definisi, mempunyai otoritas moral.
‘Rakyat yang membuat hukum untuk diri mereka sendiri tidak mungkin tidak adil’.
‘Jenderal Will selalu benar.’ Lebih-lebih lagi, asalkan Negara ‘bermaksud baik’
(tujuan jangka panjangnya yang diinginkan),
inteprestasinya, Jenderal Will
dapat dibiarkan menjadi pemimpin karena ‘rakyat tahu dengan baik kalau Jenderal
Will akan selalu memenangkan keputusan yang paling kondusif untuk kepentingan
publik.’ Oleh karena itu, jika ada individu yang beroposisi dengan
Jendral Will, itu merupakan kesalahan: ‘Ketika pendapatnya bertentangan dengan
kemenangan saya sendiri, ini hanya menunjukkan bahwa saya salah dan apa yang
saya pikirkan tentang Jenderal Will tidaklah begitu.’ Sungguh ‘jika pendapat
saya benar berlaku pada suatu waktu,
saya telah mencapai apa yang bertentangan dengan keinginan saya dan oleh
karena itu, saya harus tidak bebas.’ Disini kita berada hampir sama dengan di
wilayah panas Arthur Koestler dalam
bukunya Darkness at Noon atau bukunya
George Orwell ‘Newspeak.’
Negara menurut Rousseau tidak hanya otoriter,
tetapi juga totaliter karena negara mengatur setiap aspek kehidupan manusia,
termasuk pemikiran. Dalam bukunya Social Contract, setiap pribadi diwajibkan
untuk ‘memindahkan semua haknya ke
komunitas secara keseluruhan (yaitu Negara).’
Rousseau berpendapat bahwa ada sebuah konflict tak dapat dihilangkan
antara sifat manusia yang mementingkan diri sendiri dan tugas sosialnya, antara
Manusia dan Negara. Dan itu membuat manusia menderita. Fungsi dari kontrak
sosial dan Negara adalah untuk membuat manusia satu keseluruhan: ‘Membuat
manusia itu satu, dan kamu akan membuatnya bahagia. Berikan semua kepada
Negara, atau biarkan dia semua pada diri mereka sendiri. Tetapi jika kamu
membagi hatinya, kamu telah merobeknya menjadi dua.’ Oleh karena itu, kamu
harus memperlakukan warga negara sebagai anak dan mengontrol pertumbuhan dan
pikiran mereka untuk menanamkan ‘hukum sosial kedalam hati mereka.’ Mereka
kemudian menjadi ‘manusia sosial karena sifat-sifatnya dan warga negara karena
perilakunya.’ Mereka adalah satu, mereka
akan baik, mereka akan bahagia, dan kebahagian mereka akan menjadi kebahagiaan
Republik.’
Prosedur ini mempersyaratkan penyerahan total.
Sumpah kontrak sosial asli dalam konstitusi proyeksi untuk Corsica berbunyi:
‘Saya mengikat diri saya sendiri, tubuh, harta, kemauan dan semua kekuatan
saya, kepada Negara Corsica, mengakui
kepemilikan negara atas saya, saya sendiri dan apa-apa yang bergantung
kepada diri saya.’ Dengan demikian, Negara akan ‘memiliki manusia dan seluruh
kekuatannya’ dan mengontrol setiap aspek kehidupan sosial dan ekonominya yang
mana ini akan menjadi tidak nyaman,
anti-kemewahan dan anti-perkotaan, rakyat tidak diijinkan masuk ke kota
kecuali mendapat ijin khusus. Dalam beberapa hal, Negara Rousseau yang
direncanakan untuk Corsica menyebabkan lahirnya Rejim Pol Pot yang mencoba
menciptakan negara semacam itu di Kamboja, dan ini tidaklah begitu mengherankan
karena pemimpin-pemimpin rejim itu dididik di Paris dan telah menyerap semua
ide-ide Rousseau. Tentulah, Rousseau sangat yakin bahwa negara semacam itu akan
diperdebatkan karena rakyatnya akan dilatih untuk menyukai negara. Dia tidak
mengunakan istilah ‘brainwash’ tetapi dia menulis: ‘Mereka yang mengontrol
opini rakyat, mengontrol juga tindakan-tindakan mereka’. Kontrol semacam itu
dibangun dengan memperlakukan warga negaranya, dari sejak bayi, sebagai
anak-anak negara, yang dilatih untuk ‘mempertimbangkan diri mereka sendiri
hanya berhubungan dengan Lembaga Negara.’
‘Untuk tidak menjadi apa-apa kecuali dengan negara, mereka tidak akan
menjadi apa-apa kecuali untuk negara. Negara akan memiliki mereka semua dan
negara menjadi milik mereka semua.’ Lagi, ini telah menyebabkan lahirnya
doktrin sentral Fasis Mussolini, ‘Segala sesuatu didalam Negara, tidak ada
satupun diluar Negara dan tidak ada
satupun melawan Negara’. Dengan demikian proses pendidikan merupakan kunci
sukses dari teknik pembudayaan yang dibutuhkan untuk membuat Negara dapat
diterima dan sukses. Poros dari ide-ide Rousseau ini adalah warga negara
sebagai anak dan Negara sebagai orangtua, dan dia menekankan bahwa pemerintah
harus sepenuhnya membesarkan semua anak-anaknya. Oleh karena itu, dia
mengusulkan proses politik bermula pada kedudukan yang yang sangat sentral dari
keberadaan manusia dengan membentuk sebuah legislator yang juga merupakan
pendidik yang mampu memecahkan semua masalah-masalah manusia dengan menciptakan
Manusia-Manusia Baru. Rousseau menulis, ‘Segala sesuatu pada dasarnya
tergantung pada politik.’ Kebajikan
adalah produk dari pemerintah yang baik. Proses politik dan jenis negara baru
yang dihasilkannya merupakan obat universal untuk sakitnya umat manusia.
Politik akan melakukan semuanya. Dengan demikian Rousseaulah yang menyiapkan
blueprint khayalan dan kebodohan prinsip
pada abad dua puluh ini.
Reputasi Rousseau selama hidupnya dan pengaruhnya
setelah kematiannya memunculkan banyak pertanyaan yang menganggu tentang mudah
tertipunya manusia dan juga tentang kebiasaan manusia yang menolak untuk
mengakui kesalahnya walupun sudah ada bukti. Hal-hal yang ditulis oleh Rousseau
sangat tergantung pada lenkingan klaimnya bahwa dia tidak hanya menjadi orang
bijak, tetapi menjadi orang yang paling bijak pada masanya. Mengapa klaim ini
tidak hancur dalam kehinaan dan celaan ketika kelemahan dan kebusukannya telah
menjadi tidak hanya pengetahuan publik, tetapi juga menjadi bahan debat
interansional? Walau bagaimanapun,
orang-orang yang membantah Rousseau bukanlah orang-orang asing atau lawan-lawan
politiknya tetapi kawan-kawan lama dan teman sejawatnya yang telah membantu dia
dalam berbagai hal. Bantahan-bantahan mereka serius dan merupakan sebuah
dakwaan koletif yang menghancurkan. Hume, yang pernah berpikir bahwa Rousseau
itu ‘lembut, sederhana, penuh kasih, peka tanpa pamrih, memutuskan dengan dasar
pengalaman panjangnya bahwa Rousseau
adalah ‘monster yang melihat dirinya sendiri
sebagai satu-satunya orang penting di alam semesta.’ Diderot, setelah
lama berkenalan, menyimpulkan Rousseau sebagai pembohong, Sombong seperti setan, orang tak tahu
berterimakasih, kasar, munafik, dan penuh dengan kedengkian. Bagi Grimm,
Rousseau adalah ‘sangat menjijikan’. Bagi Voltaire, dia
adalah ‘monster dari kesombongan dan kebusukan.’ Yang paling sedih dari
semua pendapat itu, adalah pendapat dari wanita yang sangat baik hati padanya,
Madame dةpinay yang mana kata-kata terakhirnya
untuk Rousseau yaitu ‘Tak ada kata lagi yang tertinggal untukmu kecuali
kasihan.’ Pendapat-pendapat seperti tidak didasarkan pada kata-kata orang
tetapi didasarkan pada perbuatan-perbuatannya, dan karena sejak saat itu, lebih
dari dua ratus tahun, banyak materi-materi yang telah digali oleh para sarjana
cenderung mendukung pendapat-pendapat itu. Dalam catatan para akademisi modern,
kekurang-kekurangan Rousseau adalah sebagai berikut: ‘dia adalah seorang yang ‘sok jogo, suka pamer, neurathentis,
terlalu cemas terhadap kesehatan, suka onani, gila karena ketakutan, homoseks
latent, tidak mampu mempunyai kasih
sayang normal atau kasih sayang sebagai orangtua, introvert karena penyakitnya,
penuh dengan perasaan bersalah, mempuyai penyakit malu-malu, kleptomanik,
kekanak-kanakan, tidak berperasaan, dan menderita’.
Tuduhan-tuduhan semacam itu beserta bukti-buktinya
tidak banyak berpengaruh terhadap daya tarik emosional dan intelektualnya.
Selama hidupnya, berapapun banyaknya persahabatan yang dia rusak, dia tidak
pernah menemukan kesulitan untuk mendapatkan teman-teman baru dan juga untuk
menarik para bangsawan, murid-murid dan para penggagum hangat, yang siap
menyediakan rumah, makan malam, dan wangi-wangian dupa sangat dibutuhkannya.
Ketika dia meninggal dunia, dia dikubur di خle des Peupliers dekat danau Ermononville dan dengan cepat tempat itu
menjadi tempat tujuan peziarah orang-orang sekuler dari seluruh Eropa, seperti
kuil orang-orang suci Abad Pertengahan. Diskripsi-diskripsi jenaka dari para
pengagumnya menjadi bacaan yang menyenangkan: ‘Saya berlutut..menekan bibirku
pada batu monumen yang dingin…..dan saya menciumnya berkali-kali.’ Peninggalan-peninggalannya seperti kantong
tembakau dan kendi dilindungi dengan hati-hati di ‘Tempat Perlindungan’.
Orang-orang mengingat Erasmus dan John Colet yang mengujungi kuil agung St
Thomas à Becket di Canterbury pada tahun
1512 dan mencemooh ekses dari orang-orang yang menziarahi. Apa yang para
peziarah temukan dari ‘Santo Rousseau’ (sebagaimana George Sand memanggilanya
penuh hormat) tiga ratus tahun setelah Reformasi? Pujian terus diberikan jauh
sesudah abunya dipindah di Panthéon. Bagi Kant, Rousseau mempuyai ‘kepekaan
jiwa yang kesempurnaanya tidak tertandingi’. Bagi Shelley, dia adalah ‘jenius
yang luhur’. Untuk Schiller, dia adalah ‘seorang yang berjiwa seperti
Jesus dan hanya malaikat surga yang pantas menemaninya’. John Stuart Mill dan
George Elliot, Hugo dan Flaubert memberikan penghormatan yang mendalam.’
Tolstoy mengatakan bahwa Rousseau dan Kitab Injil adalah ‘dua hal yang mempengaruhi hidup saya’. Salah satu intelektual yang sangat
berpengaruh saat ini, Claude Lévi-Strauss, dalam karya utamanya, Tristes
Tropiques memanggil Rousseau sebagai
‘guru kita dan saudara kita….. dan setiap halaman dari buku itu dipersembahkan
untuknya, jika itu bernilai untuk mengenang keagungannya’.
Semua itu sangat mengherankan dan mengambarkan
bahwa para intelektual tersebut keterlaluan, tidak logis, dan bertakhyul
seperti orang biasa lainnya. Hal yang sesungguhnya tampaknya bahwa Rousseau
adalah seorang penulis yang jenius tetapi tidak seimbang antara hidup dan
pandangan-pandangannya. Kesimpulan tentang Rousseau yang paling tepat adalah
seperti yang digambarkan oleh seorang wanita, yang mana Rousseau bilang dialah
kekasih satu-satunya, Sophie d’Houdetot. Sophie hidup sampai pada tahun 1813
dan pada usia tuanya dia menyampaikan
putusan ini: ‘Rousseau adalah orang yang cukup buruk untuk menakuti saya dan
cinta tidak membuatnya lebih menarik. Dia adalah seorang tokoh yang menyedihkan
dan saya memperlakukannya dengan kelembutan dan kebaikan. Dia adalah orang gila
yang menarik’.