05/04/2005
07:26
Oleh DR. Nur Rofiah
Peneliti
P3M Jakarta dan Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
T:
Bagi saya jilbab adalah simbol perlawanan perempuan akan pelecehan yang
dilakukan ORBA-politis, kenapa jadi masalah? Iwan CH: 0817 4851 xxx
J:
Jilbab dapat dilihat melalui berbagai perspektif. Perspektif politik mungkin
melihat jilbab sebagai simbol perlawanan sebagaimana anda sebutkan. Namun ini
bukanlah satu-satunya sudut pandang. Fiqih melihat jilbab lebih pada status
hukumnya. Adapun perspektif antropologi yang dipakai buku ini tentu saja
melihat jilbab sebagai fenomena apa adanya di mana ia ternyata bukan khas
pakaian perempuan Arab melainkan juga lelaki Arab, dan juga pakaian lelaki dan
perempuan di berbagai negara selain Arab.
T:
Jilbab tidak wajib, yang wajib menutup aurat (dalam Islam). Syam: 0815 1668 xxx
J:
Ini satu pendapat dalam perspektif fikih. Pendapat yang mengatakan jilbab wajib
tentunya yang berpandangan bahwa aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya
sehingga kewajiban menutup aurat menjadi paralel dengan pemakaian jilbab dalam
arti lebih luas, yaitu menutup seluruh tubuh.
T:
Dahulu jilbab digunakan untuk melindungi wajah kaum wanita dari angin yang
membawa pasir dan menjaga wanita itu sendiri dari kejahatan sexual kaum pria
Timur Tengah, juga karena derajat wanita yang lebih rendah daripada pria.
Dendo: 0815 1430 3xxx
J:
Pemakaian jilbab di tanah Arab berkait dengan faktor geografis bisa jadi benar,
karena ia dipakai baik oleh lelaki dan perempuan. Namun jilbab dengan bahan dan
model tertentu ternyata juga berfungsi untuk membedakan status sosial
pemakaianya. Ini tidak hanya berlaku di Arab tetapi juga negara lainnya. Adapun
jilbab sebagai perlindungan terhadap perempuan atas kejahatan pria perlu
diimbangi dengan adanya hukuman setimpal terhadap pria yang melakukan pelecehan
seksual terhadap perempuan. Jilbab dalam perspektif mana pun tidak tidak
disebabkan dan tidak menunjukkan rendahnya derajat perempuan.
T: Gaya
busana jilbab di negara-negara Arab lebih bersifat budaya karena geografis
negaranya sebagaian besar padang pasir. Jadi jilbab melindungi badan dari
kikisan pasir yang dibawa angin. Di samping itu, nafsu birahi laki-laki Arab
terlalu besar alias over dosis, sehingga dengan memakai jilbab para wanita
tersebut dapat melindungi dari perkosaan dan pelecehan. Kedua hal tersebutlah
yang menjadi dasar justivikasi Allah terhadap jilbab. Dengan demikian,
justivikasi-Nya menurut saya hanya berlaku buat bangsa Arab, jadi sifatnya
lokal tidak universal.Didit: 0816 117 2xxx
J:
Jika pelecehan seksual dan perlindungan dijadikan argumentasi atas kewajiban
berjilbab, maka sisi lokalnya adalah menyangkut model jilbab atau pakaian
tertentu namun sisi universalnya adalah kewajiban menciptakan sebuah sistem
sosial yang menjamin perempuan selamat dari pelecehan seksual baik di ruang
domestik maupun publik dan menjamin laki-laki untuk tidak melakukan pelecehan
seksual itu sendiri.
T:
Maaf jika saya salah. Menurut saya, bahwa kebanyakan para wanita yang
mengenakan jilbab di Indonesia hanya sebagai simbol. Mungkin untuk menutupi
handicap, aib, kesalahan, ingin merasa dipuji sebagai muslimah sejati (riya’),
sedangkan dalam Islam itu tidak dibolehkan. Bagaimana ya Mbak (Dr. Nur Rofiah
--red.), menanamkan kepada kaum muslimah yang memakai jilbab “dari hati dan
sesuai dengan agama?” Di samping itu saya juga sangat perihatin melihat para
wanita berjilbab mengemis di jalan, dari rumah ke rumah, ke rumahnya orang
Nasrani lagi. 0812 872 7xxx
J:
Jilbab, sebagaimana ajaran agama lainnya, semestinya tidak kehilangan dimensi
spiritualnya di mana ia seharusnya memacu pemakai maupun yang melihatnya untuk
‘menjaga diri’ dari apa pun yang diyakini salah atau buruk, bahkan mendorong
berbuat baik. Problem pengemis berjilbab atau pun tidak, tentu saja adalah rasa
lapar yang membutuhkan solidaritas siapa pun.
T:
Sudah diwajibkankah pada zaman Nabi Adam as, dan sejak kapankah diwajibkan
berjilbab? 0815 563 6xxx
J:
Jilbab dipahami sebagai sebuah ‘kewajiban’ setelah perspektif hukum mendominasi
tafsir al-Qur’an.
T:
Apakah definisi tradisi Arab sama dengan definisi tradisi Islam? Bukankah tidak
semua Arab adalah Islam? Mana yang benar Islam tradisi atau tradisi Islam?
Adakah bukti `aql dan naql yang mengatakan rasul saw. berjilbab? Secara ilmiah,
adakah penelitian yang membuktikan jilbab mengekang gerak wanita? Wanita yang
mana? Shelly: 0817 690 xxx
J:
Tradisi Arab tentu saja tidak paralel dengan tradisi Islam. Banyak tradisi Arab
yang ditolak dan dilarang Islam seperti menikahi perempuan tanpa batas, dan
banyak pula tradisi Arab yang diterima Islam seperti tradisi musyawarah.
Tradisi Islam tentu saja mengacu pada tradisi yang dikembangkan muslim lintas
ras dan Islam Tradisi mengacu pada penghayatan Islam yang mempertimbangkan
kearifan tradisi lokal. Keduanya bisa mengandung kebenaran tergantung konteks
pemakaian. Bukti Aqal Rasul berjilbab tentu saja karena beliau orang Arab dan
jilbab sampai sekarng di Arab pun dipakai baik oleh lelaki maupun perempuan.
Bukti naqlnya adalah hdis-hadis yang berbicara mengenai pakaian Rasul dan para
sahabat semasa hidupnya